Dalam perasaan bingung, Ciello duduk dalam perasaan gelisah.
Berulangkali, pikirannya kembali teringat akan wajah serius Mamanya yang
terlihat begitu marah akibat perbuatan mesumnya tadi.
"Ah... Kampreeet.... Super kampreeeett.... " Sesal Ciello dalam hati,
"Mama nanti pasti bakal ceritain perbuatan mesumku barusan ke Papa
nih... Ah SIAAALL.....Mereka berdua pasti bakal ngehabisin aku....
Kampreeet...... Aku harus bener-bener cari cara supaya bisa minta maaf
ke Mama...."
Berulang kali Ciello berpikir keras untuk mencari ide guna meminta maaf
kepada Citra. Namun sekeras apapun ia berpikir, tak satu idepun yang
keluar di pikirannya. Otak saat itu benar-benar tak dapat diandalkan.
Buntu sama sekali.
Akhirnya, Ciello menyerah. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya kembali
ke video game yang sedang ia mainkan, tapi, tampaknya hal itupun sama
sekali tak membantu. Pikirannya masih saja panik. Bahkan, anehnya,
ketika ia panik, otaknya malah mengingat-ingat ke kejadian kebeberapa
saat lalu, saat dimana ia sedang 'menikmati' kemolekan tubuh ibu
kandungnya.
"Ooohh... Ngentotin mama..... " Batin Ciello sambil memejamkan mata,
"Pasti rasanya jauh lebih nikmat sekali..... Tetek Mama.... Memek
Mama.... Anus Mama.... Oooohh... Pasti kalo dientotin rasanya enak
sekali ya Maa....."
Alih-alih khawatir dengan sikap dingin Citra yang terlihat beberapa
waktu lalu, Ciello tiba-tiba teringat koleksi film porno yang ia simpan
di hardisk komputernya. Dan entah kenapa, sekarang ia sangat ingin
memutar film-film porno itu. Dengan gerakan supercepat, Ciello segera
berlari keatas. Menuju kamarnya dan kembali melepas semua pakaian yang
menempel di tubuhnya.
Beberapa detik kemudian, Ciello sudah tenggelam dalam imajinasinya.
Duduk dikursi belajarnya dan menghadap ke arah layar laptopnya. Posisi
meja komputer sengaja Ciello atur sejajar dengan pintu masuk, guna
menyembunyikan segala macam aktifitas mesum yang ia lakukan dari orang
yang tiba-tiba membuka pintu. "Supaya aman... " Kata Ciello.
Dengan headset yang menutupi kedua telinganya, Ciello semakin fokus
dalam gambar persetubuhan dua insan berbeda kelamin yang terpampang pada
layar komputernya. Sengaja, Ciello menyetel film incest yang
memperlihatkan persetubuhan antara ibu dan anak.
"Ohhh...Ohhh.... Yeeesss Yesss... Fuck your momma pussy Darling....
Fuck... Your... Momma... Pussy.... Harder.... Harder...." Suara mesum
film itu segera memenuhi ruangan. "Ohhh.... Yeeeesss... Yeeessssss...
Fuck my slut pussy......."
"Ohhh... Mama....Kamu nakal banget Maa...." Erang Ciello sembari
membayangkan jika perempuan yang ada di film porno itu ibunya, dan
lelaki yang sedang menusuki vagina si perempuan itu adalah dirinya.
Dengan gerakan supercepat, Ciello mengocoki penisnya yang sudah menegang
keras. "Ooohh.. Mamaaa.... Ciello pengen nyodokin memek sempitmu Maa...
Pengen ngentotin memekmu dengan kontol besarku Maaa....."
TEKTEKTEK
Suara tarikan kulit penis Ciello terdengar begitu kencang,
terhentak-hentak dengan kecepatan tinggi, seiring gelombang orgasmenya
yang mulai terkumpul di pangkal penisnya.
TEKTEKTEK... TEKTEKTEK
"Ooohh... Mamaaaa..... Rasain sodokan kontolku Maaa.... Sshh....Rasain
kontolku mengaduk-aduk liang rahimmu....Oohhh... Ohhh....." Dengus
Ciello lantang. "Rasain kenikmatan batang pelerku Maaa..."
TEKTEKTEK... TEKTEKTEK... TEKTEKTEK... TEKTEKTEK
Gerakan kocokan Ciello semakin lama semakin cepat. Mengurut batang penis
itu kuat-kuat. Sambil membayangkan persetubuhan yang ada di layar
komputer, tubuhnya mulai melengkung-lengkung. Tanpa ampun, Ciello
membetoti batang penisnya dengan brutal, sampai-sampai membuat kepala
penisnya berwarna merah keungunan.
TEKTEKTEK... TEKTEKTEK... TEKTEKTEK... TEKTEKTEK
"Ooohh.. Mamaaa.... Aku mau keluar lagi Maa... Keluarin dimana Ma...?
Didalam atau diluar....?" Lenguh Ciello sambil terus membayangkan
persetubuhan dengan Mamanya, "Didalam aja ya Ma...? Anakmu mau keluarin
pejuhnya di dalam memekmu ya Maaa....?" Tambahnya lagi sambil
mengerang-erang, .
"Ooohh.. Mamaaa.... Ciello..... Keeeluuuaaaarrr....."
"Kaaaakaaaaaakkkk..... Balikin kalkulator aku dooo............."
Tiba-tiba, kursi yang Ciello duduki, berputar kekiri. Menghadap tepat
kearah sosok wanita bertubuh imut dengan rambut hitam lurus sepunggung.
Senyumnya merekah mengembang tanpa mengetahui apa yang sedang Ciello
lakukan sebelumnya.
".....ooong....." lanjut Clara menyelesaikan kalimatnya.
Entah sejak kapan adik seksi Ciello sudah masuk kedalam kamar. Dan
begitu sadar jika kakaknya sedang mengocoki penisnya sambil bertelanjang
badan, gadis belia itu kaget bukan kepalang. Matanya tiba-tiba melotot
dan mulutnya melongo lebar .
Ihhhhhsss kakaaaaakkk.....
"Looh....? Clara....?" Kaget Ciello panik, "Uh... Uh.....Uhhh......"
CROOOT CROOOT CROOOCOOOOT CROOOT CROOOOTT....
Lima gumpalan sperma, melesat begitu cepat. Melenting jauh kedepan,
kearah tubuh semok Clara dan mendarat ke seragam sekolahnya.
"Ihhhhhhhssss..... Kak ciellooooooo......." Seru Clara yang berusaha
menghalang-halangi semprotan sperma kakak kandungnya supaya tak terus
menyemburi seragamnya. Namun sia-sia, sperma-sperma Ciello sudah
terlanjur membasahi bagian depan seragamnya.
"Loohh... Clara...?" Sejak kapan kamu ada didalam kamar....?" Tanya
Ciello panik sambil melepas headset yang ia kenakan. Ia lalu melirik
kearah sosok yang ada dibelakang Clara. Sosok wanita dengan tubuh tinggi
ramping yang juga ikut-ikutan melongo dengan mata yang tak berkedip
melihat aktifitas mesum Ciello dengan mata bulat penuh tanda tanya,
"Waduh....Ada Karnia juga....?"
"Hai Kak Ciello...." Sapa Karnia sambil tersenyum malu dan melirik
kearah Ciello yang masih mengurut batang penisnya yang masih memancarkan
air mani
Sentakan kejutan seolah tiba-tiba memukul kepala Ciello dengan kuat.
Memberikan shock teraphy yang benar-benar manjur untuk membuatnya sadar
seratus persen.
"Eeh... KEEELLLUUUUAAAARRRR.... Kalian berdua... Keluaar..... Tutup
pintunyaaa...." Teriak Ciello keras sambil menutupi penisnya yang masih
muncrat berkedut dengan kedua tangannya.
Percuma, teriakannya sama sekali tak dihiraukan oleh Clara. Alih-alih
keluar dari kamar Ciello, Clara malah berkacak pinggang didepan Ciello.
"HEEEHH....Kak Ciello jelek.... Kakak tuh ya... Nggak sopan banget sih
jadi cowok... Udah lama banget pinjem kalkulator Adek... Nggak
dikembali'in... Eh pas ditagih.... Adek malah di muncratin pejuh... "
Cerocos Clara tanpa titik koma, "Dan sekarang.... Adek sampe
diusir-usir segala...." Tambah Clara lagi sambil mengusap-usap ceceran
sperma Ciello yang menempel di bagian payudaranya.
"Iiihh... Sumpah... Bauk bangeet... " Jijik Clara sembari menepuk-tepuk
sperma kakaknya yang menempel lekat di gundukan payudaranya. Ia
berharap, dengan tepukan-tepukannya, sperma itu bisa lepas dari baju dan
turun kelantai. Namun, nyatanya, ia salah. Semua tepukan tangannya
malah membuat sperma itu terciprat kesana kemari, bahkan sekarang,
sperma itu turun ke bagian roknya.
"Karnia... Bantuin dong... " Pinta Clara ke sepupunya.,"Uuuhhhh....
Sumpah... Kak... Pejuhmu bauk bangeeet.... Kakak makan apa'an sih
tadi...?" Tambah Clara setelah mendekatkan tangannya yang belepotan
sperma ke hidung mancungnya.
"Sini... Sini... Dilap pake tissu aja... " Saran Karnia yang segera mengeluarkan tissu dari saku bajunya.
"Iiihhsss... Mana lengket pula.... Bagi tissunya lagi Kar....
Iiiihhhhhhsss... Banyak banget sih... " Gerutu Clara sembari mencoba
mengelap lelehan sperma Ciello.
"Mmmm... Clara.... Mending kamu lepas aja deh bajunya.... Karena
sepertinya... Pejuh Kak Ciello nggak bakalan bisa ilang dengan
mudah...." Saran Karnia,
"Iiihh... Iya sih... " Ucap Clara jijik sambil mulai melepasi semua kancing baju seragamnya.
"Mending kamu ganti kaos aja... Soalnya itu baju nggak bakalan bisa
bersih lagi...." Jelas Karnia, "Kak Ciello parah deh... Masa adek
sendiri dipejuhin..."
"Hehehe... Biarin.... Makan tuh pejuh..." Ejek Ciello, "Itu hukuman
buat cewe yang sukanya masuk-masuk ke kamar aku nggak pake ketuk
pintu..."
"Clara udah ketuk pintu Kak... Kakak aja yang nggak denger... Keenakan
ngocok siiihh... " Ucap Clara sambil melirik ke arah penis Ciello yang
masih digenggam Ciello erat-erat, "Mana pake nyebut-nyebut nama Mama....
Biarin... Ntar Clara laporin ke Mama... Biar titit kakak dikasih
pelajaran super berat ama Mama...."
"Iiihhh... Awas ya kalo kamu sampe berani lapor ke Mama... "
"Biarin.... Biar laptop Kakak disita Mama... Biar Kakak nggak bisa
nonton bokep lagi... Biar Kakak nggak bisa kocok-kocok titit mulu...
Hihihi... " Ancam Clara sembari menimpuk selangkangan Ciello dengan
seragam sekolahnya yang sudah penuh dengan spermanya
Melihat Clara yang sudah tak mengenakan seragam, membuat Ciello dapat
melihat payudaranya yang besar. Apalagi saat itu Clara mengenakan bra
kecil berwarna pink, membuat payudaranya putih Clara seolah akan tumpah
karena daging payudaranya tak dapat tertampung seluruhnya. Dan karena
mendapat suguhan tubuh seksi adik semata wayangnya, perlahan, penis
Ciello yang semula lemas, mulai kembali keras menegang.
"Heh... Titit.... " Panggil Clara sambil menunjuk-nunjuk selangkangan
Ciello, "Loo... Bakal... Gw... Mampusssiiinnnn..." Ancam Clara dengan
mimik wajah lucu. Wajah khas remaja belia ketika sedang mengancam musuh
bebuyutannya.
Mendengar ancaman Clara yang terus-terusan melirik batang penisnya,
Ciello segera mendekap batang penisnya dan menyembunyikannya dari
pandangan adik dan sepupunya. Namun lagi-lagi, hal itu sama sekali tak
berguna. Karena ia masih bisa merasakan tetesan air maninya terpercik ke
telapak tangannya, hingga menetes ke lantai.
"Udah udah... Sana pergi..... Kamu mau apa lagi sih...? Keluar... "
Bentak Ciello sembari menepis tangan Clara yang masih menunjuk-nunjuk
ancamannya..
"Ihhhss.... Marah-marah mulu nih orang... Kaya Lagi mens aja...?" Goda
Clara sambil mengintip layar laptop Ciello yang masih menayangkan film
pornonya.
"Kak... Itu... Kok pemain perempuannya.... Mirip ama Mama sih Kak...?"
Tanya Clara, "Karnia sini... Coba kamu lihat deh.... Kok kayaknya...
Perempuan yang ada di film bokep Kak Ciello... Mirip dengan Mama Clara
ya...?"
"Aduuuhhh... Kalian tuh yaaa..... Disuruh pergi susahnya minta ampun... " Omel Ciello
"Ah Kakak.... Bentaran ah... Clara khan cuman mau ngambil kalkulator Clara lagi..."
"Emang itu kalkulator punyamu...?"
"Ya... Iya... Laaahh... Sok pake nanya segala.... Emang ada ya...? Cowo
normal pake kalkulator berwarna pink....?" Tanya Clara cuek, "Jadi
sekarang... Buruan balikin kalkulator Clara... "
"Iye-iyeeee..... Ntar kakak anter kekamar deh... Sekarang... Kamu balik aja sana..."
"NGAK MAUUU... Clara nggak mau pergi sebelum Kakak kasih Clara tuh
kalkulator.. ." Ucapnya cuek sambil membuka laci-laci yang ada disamping
Ciello. "Simpen dimana sih Kak.... Kok ga nemu-nemu...?" Tanya gadis
belia ini yang sama sekali tak merasa sungkan dengan ketelanjangan
kakaknya. "Mungkin jatuh kebawah meja kali ya...?" Tambah Clara lagi
sambil menungging dan melongok-longok kepalanya ke bawah meja, dekat
dengan genangan sperma Ciello yang masih menetes.
Ciello mengambil nafas panjang. Lalu tanpa mempedulikan penisnya yang
sudah mulai kembali menegang, ia bangkit dari kursi belajarnya dan
mengangkat tubuh adiknya yang masih menungging-nungging di bawah meja.
Dan setelah itu, ia meminta Clara untuk berdiri
"Kamu tuh yaa... Jadi cewe nggak pernah mau ngalah...." Ucap Ciello
sengit sambil menggiring pundak polos Clara menuju kebalik pintu kamar
tidurnya dengan tangan yang masih belepotan sperma.
"Noh... Cari kalkulator kakak ada didalam tas... " Ucap Ciello, "Buruan ambil... Terus kalian pergi dari kamar kakak...."
"Iiiihhsss... Kak Ciello meper.... Iiihhhsss..." Seru Clara jijik, "Khan
tadi tangan kakak sedang penuh ama ceceran pejuuhh.... Yaaahh... Pundah
Clara jadi belepotan pejuh nih..... Yaaaiiiikkkkksss.... " Ucap Clara
lagi sambil menepisi lelehan sperma Ciello yang menempel di pundak
putihnya. Setelah itu ia pun mengambil kalkulatornya dari dalam tas
Ciello.
"Bodo.... Makan tuh pejuh..." Ucap Ciello yang kemudian memegang bagian
bawah rok seragam Clara dan menggunakannya untuk mengelap batang
penisnya yang masih basah kuyup akan sperma, "Skalian deh... Pinjem
roknya buat mbersihin titit Kakak... Hehehe.... ".
"IIiihhhsss... Kakaaaakk.... Sumpah deh ... Kakak jorok bangeettt..."
"Biarin.... Udah udah... Ayo sana keluar.... Atau kamu mau pejuh ini...
Kakak peperin ke muka nyebelin kamu....?" Ancam Ciello sambil
menunjukkan kedua tangannya yang masih penuh sperma, mendekat ke hidung
Clara.
"Iiiiiihhh.....Kakak Meesuuuummmm.... Nyebeelliiiinnnn.....
Weeeeekkkk...." Kesal Clara sambil berbalik keluar kamar Ciello, "Ayo
Kar... Kita tinggalin manusia super mesum ini sendirian...." Omel Clara
sambil nyelonong pergi ke kamarnya, meninggalkan Karnia yang masih
berdiri di pintu kamar Ciello.
"Ehh... I... Iya...." Jawab Karnia mengiyakan, "Daaa Kak Ciellooo....
Karnia... Uuuummm.... Pergi ke kamar Clara dulu ya..." Senyum Karnia
sambil membalikkan badan.
Namun, sebelum ia meninggalkan pintu kamar Ciello, Karnia buru-buru
berbalik badan lagi dan mengeluarkan handphonenya. Lalu tanpa bertanya,
Kania lalu mendekat kearah Ciello dan mengambil gambar dirinya yang
sedang telanjang sambil melirik genit kearah penis Ciello yang mulai
kembali mengeras. Tanpa malu, Karnia semakin mendekat dan mengambili
photo penis Ciello secara terang-terangan.
CKRIK... CRIK... CRIK CRIK....
"Ehhh... Heeeehh..... Kamu mau ngapain...?" Heran Ciello melihat tingkah sepupunya.
"Hihihihi... Buat kenang-kenangan aja kok... Nggak apa-apa khan Kak... " Ucap Karnia sambil tersenyum.
CKRIK... CRIK... CRIK CRIK....
"KAARRNIIIAAAAAA... Buruan sini.... Ngapain kamu berdiri mulu
disana....?" Teriak Clara dari dalam kamarnya, "Ntar diperkosa ama
monyet cabul berekor buntung yang super mesum itu loh...."
"Heeehh... Manusia bertoket Wewe Gombel... Awas kamu ya..." Balas Ciello.
"Hmmm... Yaudah Kak... Karnia ke kamar Clara dulu ya..." Ucap Karnia
tersenyum sambil tiba-tiba, gadis manis itu menjulurkan tangannnya
kearah penis Ciello dan mengusap kepala penis Ciello yang berwarna merah
keunguan. "Jangan sering-sering ngocok sendirian Kak... Kasian....
Nanti... Nggg... Kontolnya bisa copot loh.... Hihihihi...."
"Eeeehh....???" Bingung Ciello.
"Kalo Kak Ciello butuh bantuan.... Nggg... Kabarin Karnia aja Kak...
Hihihihi...." Jawab Karnia genit sambil membalikkan badan dan
melangkahkan kaki meninggalkan Ciello sendiri di kamarnya.
Bersambung,
By Tolrat
18+
Senin, 01 Februari 2016
Kisah Keluarga Citra 7
"Hallooo....?" Jawab seorang pria dari ujung telephon.
"Ya hallo... Mas... Ini adek..." Ucap Citra lirih. "Mas lagi apa...?"
"Eh Adek... Kenapa dek...? Ini... Mas lagi mau meeting..."
"Aku kangen... Mas.... " Bisik Citra lirih, "Kangen banget..."
"Laah....? Kok sama'an Dek....?" Jawab Mike, "Mas juga... Mas juga kangen kamu banget...."
"Buruan pulang dong Mas... Adek udah nggak tahan nih... Kamu tinggalin lama-lama..."
"Lhoooo...? Kok nggak tahan...? Emang kamu nggak tahan mau ngapain...?"
"Adeek.... Hmmm... Anu Mas..." Jawab Citra malu-malu, "Adek nggak tahan... Pengen anu.... Pengeeee...."
"Waah... Jangan-jangan kamu sekarang sedang sange....?" Potong Mike.
"Hihihi... Kok Mas tahu sih....? Iya Mas.... nggak tahu kenapa... Ini Adek kok tiba-tiba pengen joget enak Mas... Hihihi...."
"Walah waalaaahhhh... Bahaya tuh... Siang-siang gini istri lagi pengen digituin... Tapi suami sedang nggak ada dirumah...."
"Makanya Mas... Buruan pulang gih....
"Huuusshh.... Ya nggak bisa gitu Dek... Lagian tumben kamu tiba-tiba pengen Dek...?" Sahut Mike
"Ya maklum Mas.... Udah hampir 5 hari aku nggak digituin suami..."
"Wah.... Lama juga ya....? Tapi sama Dek... Mas juga pengen nganuin anu kamu..."
"Pengen nganu anu Adek apa ya Mas...? Adek nggak ngerti...?"
"Hehehe.... Mas juga pengen... Ngentotin tempikmu Dek... "
"Ihhhss Mas... Ngomongnya kampungan amat... Ngentotin tempik...? "Heran Citra.
"Hehehe.. Masa sih Dek...?"
"Iya... Mas ngomongnya kaya pake bahasa kuli... Kasar banget... "
"Tapi beneran dek... Mas kangen banget ama... Jepitan Tempik Adek... "
"Hihihi.... Trus kalo Mas kangen ama jepitan.... Ummm... Tempik Adek...? Mas mau ngapain...?" Goda Citra yang kali ini mengikuti gaya bicara kampungan suaminya, "Mas mau ngentotin... Ummmm.... Tempik Adek...? Hihihi....?"
"Tuuuh.... Kamu juga ngomongnya kasar... Hehehe...." Jawab Mike, "Iya Dek... Mas pengen nyodok-nyodok tempik sempitmu pake kontol besar ku Dek... Wah... Gara-gara omongan kasarmu.... Kontol Mas jadi ngaceng nih Dek...."
"Kontol....? Ngaceng....? Astaga Mas.... Sumpah.... Bahasamu jorok banget.... Hihihi...." Ucap Citra
"Hehehe.... Gapapa lah Dek... Coba deh kamu bilang.... KONTOL...."
"Ya ampuuun... Nggak ah... Malu ah...."
"Laah malu ama siapa juga...?" goda Mike, "Kenapa harus malu Deek...? Emang kamu telanjang....?"
"Iya Mas... Ini Adek udah mau bugil Mas... Udah nggak pake celana dalam... "
"Waduh...? Kamu mau ngapain Dek....?"
"Nungguin kamu Mas... Nungguin titit besarmu nyodok-nyodok..."
"Heiii....Bukan titit Dek... KONTOL.... Titit mah buat anak kecil.... Ayo bilang KONTOL....Hehehe...."
"Nnnngggg....KONTOL..."
"Naaah Gitu... Kamu terdengar lebih seksi Dek..." Puji Mike, "Sumpah... Suaramu bener-bener bikin kontol Mas ngaceng banget dek..."
"Hihihi.... Kalo udah ngaceng gitu.... Pasti rasanya nikmat banget tuh Mas... Memek... Eehh... Hmmm.. Tempik Adek Mas sodok-sodok pake gaya doggy style... Ayo mas... Sodok tempik Adek pake kontol besarmu..."
"Tuuuhhh... Kok malah kamu sekarang yang pake kata-kata kasar kuli...?"
"Hihihi... Habisan memek... Eh tempik Adek udah gatel banget Mas...."
"Sabar ya Dek... Besok kalo Mas udah pulang... Pasti bakal Mas sodok itu tempik seretmu itu pake kontol besarku... Tunggu ya Deek.."
"Sekarang aja Mas... Adek udah sange banget ini... Ayo Mas... Pulang sekarang aja...." Ucap Citra sembari mulai meraba-rabai vaginanya yang sudah membanjir.
"Laaaahh... Ya ga bisa gitu Deeek... Mas harus nyelesein kerjaan Mas disini dulu.... Kamu sabar bentar aja yaaa.... Kurang sehari lagi kok...."
"Yaaah.... Mas... Masa nggak bisa sekarang sih....?" Ucap Citra kecewa, "Gimana Kalo kita sexphone aja Mas... Pasti seru tuh..."
"Waduh.... Gimana ya.....Ini Mas mau meeting dulu ini Dek... Mas harus buru-buru.."
"Pak Mike... Silakan masuk... Sudah ditunggu ibu diruang meeting...." Terdengar suara lembut wanita dibelakang Mike, "Mari ikuti saya...."
"Eh Dek... Bentar ya... Ngobrolnya disambung nanti lagi... Mas udah mau meeting...."
"Yaaah.... Bentaran lagi dong Maas..."
"Beneran Dek... Nanti Mas sambung lagi... Yaaa....?"
"Hhhhh...... "Hela nafas Citra, "Iya deh Mas...."
"Yaudah... Mas kerja dulu ya Sayang... Titip salam buat anak-anak... Love You..."
"Love You Mas..."
KLIK.... TUUUUT TUUUUT TUUUUT TUUUUT TUUUUT
"Yaaahhh... Kentang lagi deh hari ini...." Batin Citra beranjak dari tempat tidurnya, lalu melangkah gontai kearah kamar mandi, "Mungkin dengan mandi siang bisa mengurangi dahaga birahiku..." Batinnya
Dengan malas, Citra melepas pakaian terakhir yang melekat di tubuhnya. Lalu melemparnya daster yang sudah lepek karena keringat birahinya itu ke keranjang pakain kotor, yang ada disudut kamar. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Citra untuk mandi kapanpun ia mau. Entah setelah bepergian keluar rumah, setelah melakukan kegiatan rumah, ataupun sebangunnya dari tidur, Citra selalu menyempatkan dirinya untuk mandi.
Namun, ketika tubuhnya sudah telanjang dan terhembusi terpaan angin dingin AC, mendadak kulit mulusnya merinding. Secara reflek, Citra segera menutupi payudara dan mengusapi kulit tubuhnya supaya menghangat.
Sekilas, ketika melewati lemari pakaian, ibu cantik itu menatap tubuhnya yang tercermin di pintu lemari, "Hmmm.... Tubuh aku masih oke kok.... Nggak malu-maluin lah kalo masih pengen dipamerin...." Ucapnya lirih sembari berlenggak lenggok dan berputar-putar di depan cermin.
Berulangkali, tangannya meraba dan mengusapi setiap jengkal tubuhnya, mencari-cari lapisan lemak yang mungkin terselip diantara lipatan tubuhnya. "Hmmm... Citra... Nggak sia-sia kamu sering berolahraga.... Ini hasilnya... Kulit ini masih terlihat kenceng abis... Mulus.... Dan menggairahkan.... Hihihi...." Gumamnya lirih.
"Ssshh.... Maas... kamu tega ya ngebuat istri cantikmu ini tersiksa...." Tiba-tiba, ketika sedang mengusapi area payudara, otak jahilnya kembali iseng. Memerintah jemari lentiknya untuk mempermainkan puting payudara dan vagina basahnya.
"Ooohh... Maaasss.... Geli Maaas... Geli-geli enak... Hihihi...Sssshhh...." Desah Citra sambil membayangkan suaminya sedang becanda dengan tubuh seksinya. Mencubiti putingnya yang kembali mengeras dan mengusapi bibir vagina sempitnya.
"Hmmmm... Sepertinya.... Tak ada Mike....Kobelin memek sendiri pasti bakalan enak juga nih..." Ucap Citra lirih sambil berjalan kearah kamar mandi. Tangannya tak henti-hentinya mengusapi liang vaginanya yang semakin basah karena birahinya yang meluap-luap. "Oohhh... Kenapa dengan tubuhku ini ya...? Kok gampang banget sange... "
"Ohhh... Titit keras Ciello...." Entah pemikiran darimana, tiba-tiba Citra membayangkan kemaluan putra kandungnya. " Loh... Kok aku jadi malah ngebayangin titit... Eh bukan... Kontol Ciello... Hihihi... Astaga... Citra Agustina... Kata-katamu kok jadi ketularan vulgar gitu...?"
"Tapi memang benar sih... Punya Ciello sekarang itu bukan titit... Melainkan kontol... Mana ada titit yang batangnya sebesar itu.... " Batin Citra, "Ya.. itu Kontol... Sama seperti punya Mike... KONTOL...."
"Aaahhh... Kontol Ciello.... Bikin memek Mama makin becek aja Sayang.... Bikin memek mama makin sange.... Shhhh.... Oooohhh.... Cielloooo.... Kontolmu.... Garukin gatal memek Mama Sayang... Bikin nafsu birahi Mama terpuaskan... Ooohh... Sayang.... Kok Mamamu jadi nakal gini ya....? Masa Mama ngebayangin ngentotin anak sendiri...." Desah Citra sambil terus menggelitik klitorisnya, "Tapi... Kenapa tidak....? Nggak apa-apalah Citra... Yang penting khan aku nggak tidur dengan pria lain... Toh selagi Mike sedang pergi dinas keluar kota, ngobelin memek sendiri tuh sah-sah saja.... Hihihi....."
Entah kenapa, Citra merasa jika akhir-akhir ini, ada sebuah keanehan yang terjadi pada dirinya. Ibu cantik ini seolah merasa agak kesulitan untuk dapat meredam nafsu birahinya. Rangsangan yang begitu menggebu itu terasa sekitar beberapa hari belakangan ini. Terlebih, setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ciello yang sedang bermasturbasi dengan menggunakan tubuhnya sebagai bahan imajinasinya.
"Ohhh.. Kontol Cielloo...." Desah Citra sambil menyandarkan pantatnya diatas dudukan toilet dan menaikkan satu kakinya. Merasakan nafsunya lagi-lagi meluap, ibu dua anak itu lalu meremasi puting payudara besarnya yang mulai mengeras sembari sesekali mencolok-colok liang vaginanya yang sudah membanjir hebat, "Ooohh Ciello.... Kontolmu begitu menggoda Mama Nak... Ohh...."
Memikirkan tentang penis Ciello, membuat lendir birahi Citra semakin meleleh. Walau vagina Citra hampir setiap malam mendapatkan kepuasan orgasme, namun entah kenapa ibu dua anak ini masih saja memikirkan kenikmatan dari penis pria lain.
"Mama tahu apa yang Mama lakuin selama ini memang salah Nak.... Tapi... Mama pengen sekali bisa memegang kontol besarmu itu Sayang.... Ooohh.... Kontol Ciello...." Desah Citra pelan.
Merasakan kenikmatan kobelan jemari lentiknya, Citra segera memutar keran air dan meraih selang shower yang ada dihadapannya. Setelah itu, ia langsung menyemburkan air dingin kearah selangkangannya kuat-kuat.
"Ssshh.... Oooohhh....Kontol Cielllooo..." Erang Citra sembari terus menyemprotkan air bertekanan tinggi itu pada vaginanya. Tak puas dengan hanya menyemprot vagina, Citra lalu membuka bibir vaginanya lebar-lebar. Menyibaknya dengan dua jari lentiknya dan berharap semprotan shower itu bisa sedikit mengurangi rasa gatal pada lubang kenikmatannya.
Tak pernah seumur hidupnya, Citra merasa horny yang sekuat ini. Walau memang Citra seringkali merasakan gelombang birahi, namun semenjak pacaran, sekuat apapun perasaan rangsangan birahi yang melandanya, hal itu tak pernah sama sekali mengganggunya. Namun, entah kenapa, beberapa hari ini terasa begitu berbeda.
Apalagi semenjak beberapa hari belakangan ini, Mike tak ada dirumah, membuat rasa haus dahaga Citra meledak-ledak. Membuat kobelan memek, sama sekali tak mampu mengurangi keinginan akan garukan birahinya yang menggebu-gebu.
"Ooohhh.... Kocok terus kontolmu Sayaaang.... Kocok yang kenceeeng...." Lenguh Citra sembari terus menyemburkan air shower itu pada vaginanya. "Oooohhh.... Enak sekali Sayang...."
"Ooohh.... Kenapa Sayang...? Kamu pengen nyium memek Mama...? Kamu yakin....?" Desah Citra sambil berimajinasi, "Boleh kok Sayang... Boleh... Malahan... Kamu boleh kok sodok-sodok kontol besarmu ke dalam lubang memek Mama... "
"Iya Sayang.... Boleh.... Nih.... Masukin saja.... Memek mama udah Mama buka lebar-lebar buatmu kok Sayang... Nih... Masukin saja kontolmu.... Tusuk aja memek Mama ini dengan kontol besarmu Sayang... Ohhh.... Oooohh... Sssss.... Yaaaa.... Bener begitu Sayang.... Iyaaa.... Terusss... Tusukin kontolmu Naaak..... Oooohhh.... Cielloooo...."
Sambil berimajinasi, Citra semakin membuka lebar kedua pahanya dan menyemprotkan semburan shower lebih dalam lagi. Bahkan, tak cukup sampai disitu. Ketiga jari lentiknya pun Citra gunakan untuk melampiaskan nafsu birahinya yang sudah terlalu tinggi. Mengobel vagina sempitnya tanpa terus menerus.
"Oooohh... Anjiiing.... Ciellooo.... Kontolmu Enak bangeeeettt Sayaang... Oooh... Besar baaangeeettt Sayaaaannnggg.... " Erang Citra sambil meliuk-liukkan tubuhnya, "Kontolmu bisa bikin Mama cepet keluar nih Sayang.... Ooohhh.. Ngeeentoooott.... Mama mau keluar sayaaang.... Oooohh.... Cieeellloooo.. Ngeennnttoooott... Mama... Mau... Keluaaar... Saaayaaanngggg.... Oooohhh... Oooohhh... Oooohhh... Cieeelllooo.... Mama.... Keeellluuuuaaaarrrr........Oooooohhhh....... Ngeeeennntttttooooootttttt......"
CRET CREET CREEETCEEETTT CREEET....
Tubuh indah Citra seketika bergetar hebat. Menggelepar-gelepar tanpa henti. Merasakan kenikmatan gelombang orgasmenya yang seolah melepas semua simpul syarafnya. Meredakan kepenatan birahinya. Dan membuatnya gatal di vaginanya sedikit terpuaskan.
Sejenak, Citra berusaha mengatur nafasnya.
Ia memejamkan mata sambil mencoba menikmati kedutan-kedutan nikmat gelombang orgasme pada otot dan syaraf vaginanya.
Sebuah senyum terukir lembut di wajahnya.
"Oooohhh..... Ciello Sayang.... Makasih ya Naaak....." Ucap Citra lirih, "Lain kali.... Kamu harus bener-bener bisa muasin nafsu birahi Mamamu ini.... Bukan dengan imajinasi seperti barusan... Melainkan... Dengan sodokan kontol besarmu itu.... Pada memek Mamamu ini... "
10 September 2015, 02:15 AM
#412
"Sayang... Lihat kunci mobil Mama nggak....?" Tanya Citra dengan wajah kebingungan. Sibuk, membuka tutup pintu lemari buffet di ruang keluarga.
"Nnnnggg... Enggak Ma...." Jawab Ciello singkat, mengabaikan ibunya dan terus sibuk memainkan video gamenya terbaru yang baru saja ia miliki.
"Masa sih....? Kemaren Mama taruh di deket rak tivi Sayang..."
"Iya Maaa.. Nggak ngelihat..." Ucap Ciello dengan raut wajah serius. Sama sekali tidak melihat ke arah Citra yang mondar-mandir di sekitaran ruang keluarga.
"Beneran kamu nggak melihat...?" Tanya Citra yang tiba-tiba membungkukkan tubuhnya di depan rak tivi, tepat diantara Ciello duduk. Posisi Citra seketika menghalangi pandangan putra kandungnya itu dari video gamenya. "Bantuin Mama nyari dong Sayang..." Pinta Citra lagi.
Melihat goyangan pantat Citra di depan mata, seketika, darah birahi Ciello berdesir. Ditambah dengan tampilan Citra siang itu yang mengenakan rok super pendek, membuat paha belakang Citra yang putih mulus langsung terpampang begitu jelas "Suuuit... Suiiitt... Wooow Maamaaaaaa... " Sahut Ciello bersiul sambil menggelengkan kepalanya, "Seeekssssi bener Ma...? Mama mau kemana...?"
"Mama mau kebandara Sayang... Ngejemput Papa...." Jawab Citra tanpa melihat kearah Ciello, ia masih sibuk mencari-cari kunci mobilnya dilaci rak tivi didepan Ciello.
"Emang Papa pulang sekarang Ma...? Bukannya minggu depan....?"
"Papa pulang hari ini kok.... Ini pesawatnya baru boarding.... " Jelas Citra, "Aduuuhhh... Dimana sih itu kunci.... Susah bener ketemunya kalo lagi dicari...."
"Hmmm.... Tapi.... Masa ngejemput Papa ke Bandara aja pake pakaian seksi gitu Ma...?"
"Sssssstttt..... Mama mau kasih kejutan ke Papa kamu... " Jelas Citra, " Gimana.... Mama udah keliatan cantik nggak...?" Tanya Citra yang buru-buru berdiri tegak dan melenggak lenggokkan tubuh sintalnya didepan Ciello.
GLUP. Melihat penampilan ibu kandungnya, mendadak membuat tenggorokan Ciello tercekat. Membuat putra kandung Citra itu kesulitan menelan liur.
Bagaimana tidak, siang itu Citra mengenakan pakaian bak koboi wanita. Kemeja ketat berwarna putih polos yang agak transparan, rok merah super pendek, dengan sepatu boots tinggi berwarna putih. Dan yang paling membuatnya tercekat adalah, beha Citra yang juga berwarna merah menyala, terlihat begitu kontras menerawang dibalik kemeja tipis itu.
"Hhhheeeeiiiii... Sayang...." Panggil Citra sambil melambaikan tangannya didepan wajah putranya, " Kok kamu malah ngelamun gitu sih....?"
"Eee... Eeehhh.... Ya Maaah...?"
"Gimana....? Mama udah keliatan cantik belum....? Udah seksi belum....?"
"Hmmm.... Dimata Ciello... Mama selalu terlihat cantik kok Maa..." Celetuk putra kandung Citra itu sambil terus menatap liukan tubuh Citra, "Mama selalu terlihat seksi... " Tambahnya lagi sambil tersenyum, "Benar-benar hot Mama... "
"Hihihi... Makasih Sayang.... " Balas Citra sambil tersenyum, "Aduuuhh... kunci Mama kemana sih ya...? masa dari tadi nggak ketemu...." Keluh Citra yang kembali bingung mencari kunci mobilnya. Celingak celinguk memeriksa ke segala sudut ruang keluarga, sampai-sampai ia berjinjit-jinjit mengintip ke sela-sela setiap perabotan yang ada diruang keluarganya itu.
"Sayang... kamu tahu nggak...? Kunci Mama...?"
Tak ada jawaban dari Ciello.
"Kuncinya kemaren mama taruh disekitaran sini.... Dimana yaa..?" tanya Citra lagi sembari mengintip ke belakang rak tivi,
Hening. Tak ada respon apapun dari Ciello.
"Naah... Ituuu diiiaaaaaa...." Seru Citra girang sesaat setelah ia melongokkan tubuhnya keatas rak tivi. "Sayang... Kunci Mama ada dibelakang rak tivi Sayang.... Sini dong Nak.... Bantu Mama ngambil itu kunci...."
Tetap hening. Sama sekali tak ada balasan dari Ciello.
"Eeeeh... Sayang...." Panggil Citra sambil menengokkan kepalanya kebelakang. Kearah Ciello duduk. .
"Nnnng... Eh iya Maa...?"
"Kamu ngeliatin apaan sih...?" Tanya Citra dengan posisi masih menungging didepan rak tivi, "Muka Mama disebelah sini Sayang... Bukan dipantat... " Jawab Citra dengan wajah kesal.
"Eeeh... I... Iya Maaa...."
"Kamu serius amat ngelihat pantat Mama Sayang...? Kenapa....? Ada yang salah ama pantat Mama...?"
"Eh Enggak kok Maa...?"
"Trus....? Kenapa kamu daritadi ngeliatin pantat Mama mulu....?" Tanya Citra penuh curiga, "Hmmmm.... Kamu mau ngintipin celana dalam Mama yaaa....?"
"Ehh... Enggak kok... Enggak..." Jawab Ciello panik.
"Hihihi... Ngintip juga nggak kenapa-napa kok Sayang... Toh kamu juga sering ngintipin Mama kalo sedang mandi.... Ya khan....? Hihihi...." Goda Citra.
"Ehh... Enggak Maa....Kapaaan....? Nggak pernah kok...." Sergah Ciello.
"Masa siiihh...? Beneran kamu nggak pernah ngintipin Mama mandi...?"
"Idih... Ngapain amat....?"
"Hihihi... Iya deeeh.... Kamu nggak pernah ngintip... Tapi kamu sering ngaceng khan ngebayangin Mama?"
"Iiiiihhhsss.... Enggak Maaa...."
"Malahan kemaren kamu seru banget onaninya.... Sampai nyebut-nyebut nama Mama…Hihihi.... "
"Ngaceng apaan? Nggak lah…?" Jawab Ciello dengan muka yang memerah, "Udah ah... Minggir dulu dong Maa... Ciello sedang maen game nih...."
"Hihihi.... Kalo bilangnya nggak ngaceng… Kenapa kok selangkangan kamu ngejendol gitu Sayang...?" Tunjuk Citra kearah selangkangan putranya.
"Astaga... Itu kontol...." Batin Citra kaget sembari terus melirik kearah tonjolan yang menggelembung dibalik celana kolor Ciello.
"Ehh....Anu Maa...I... Ini... Ini mah gara-gara…."
"Hihihihi…. Udah Sayang… Ngaku ajah…. Nggak apa-apa kok…Bilang aja kalo kamu suka sange gara-gara ngeliatin dan ngebayangin tubuh Mama ini.... Hihihi... " Goda Citra lagi sambil kembali menjinjitkan kakinya dan melongok ke arah kunci mobilnya yang terjatuh dibelakang rak tivi.
"Uuuhhh.... Susah banget sih ngambilnya.... " Ucap Citra mencoba menjulurkan tangannya kebalik rak tivi.
Karena kunci itu teronggok jauh dibelakang rak, otomatis Citra harus membungkukkan tubuhnya guna menjangkau kunci mobilnya. Dan karena tangannya menjulur jauh kebelakang rak, bulatan pantat dan paha mulus Citra lagi-lagi terpampang didepan kedua mata Ciello.
Selagi mamanya tak melihat, buru-buru Ciello segera memasukkan tangannya kedalam kolor guna meluruskan posisi batang penisnya tak tadi tertekuk.
Namun, belum juga Ciello berhasil meraih batang penisnya, tiba-tiba Citra menengokkan kepalanya kebelakang kearah putranya duduk.
"Sayang… Sini dong... Bantuin Mama bentaraa…" Kaget Citra melihat tangan putra kandungnya bergerak-gerak didalam celana kolornya. "Astaga Sayaaang....?"
"Eehh..." Jawab Ciello gagap sambil buru-buru menarik tangannya dari dalam kolor.
"Kamu mau ngapain Sayang...? Kamu mau onani ya...?" Tuduh Citra,
"Nggg… Anu..... Enggak kok Maa… Tadi…"
"Kalo mau onani... Jangan disini ah Sayang.... Kekamar mandi aja sana..." Potong Citra lagi "Atau kalau nggak.... Kamu nunggu rumah sepi dulu.... Baru deh kamu bisa puas-puasin onaninya...."
"Ehh... Bukan Maa... Ciello bu.. Bukan mau onani... Bukan gitu maksudnya.... " Ucap Ciello berusaha membela diri.
"Lalu....? Tangan kamu ngapain itu tadi sampai masuk kedalam kolor kalau bukan mau onani....? Mana sambil digoyang-goyang..."
"Nggg.... Anu Ma.... "
"Kenapa....?"
"Nggg.... Tadi....Titit Ciello... Ngggg.... Nekuk...." Jawab Ciello malu-malu.
"Ooowwwalaaahhh.... Titit kamu ketekuuukk....?" Tanya Citra sambil menatap tajam kearah tonjolan yang ada diselangkangan puitranya
"I... Iya…." Jawab Ciello menganggukkan kepalanya pelan.
"Hmmm…. Yaudah deh benerin dulu gih... Nanti kalo nggak cepet-cepet dibenerin... Malah jadi patah... Hihihi....." Tawa Citra lirih, "Tapi jangan onani disini loh ya... Hihihi...."
"Iiihhss... Mama nih daritadi kok ngomonginnya onani mulu... " Ucap putra Citra yang pada akhirnya memasukkan tangannya kedalam kolor guna membetulkan posisi batang penisnya secara terang-terangan di depan mata Citra, "Ciello tadi bukannya mau onani tapi…"
"Mau ngocok ya….? Hihihihi…." Goda Citra lagi.
"Hhhh…… Auk ah…. Capek ngobrol ama Mama " Ciello menghela nafas sebel. "…. Udah-udah… geseran dikit dong pantatnya Maaa… Ciello mau maen game lagi niiihhh…" ucap Ciello sewot
"Hihihi.... Dasar anak mesum.... "
"Biarin...."
"Sayang... Tolong bantuin Mama buat ngambilin kunci mobil Mama doooong " Pinta Citra sambil memonyongkan mulutnya, "Biar Mama cepet ngejemput Papamu...."
"Hhhhhhh..... Iye iye.... "
Dengan malas-malasan, Ciello pun akhirnya menuruti permintaan Citra. Beranjak dari kursi malasnya dan berjongkok di depan rak tivi. Kemudian, ia merebahkan tubuhnya tepat dibawah Citra berdiri.
"Loh... Looh...? Kamu mau ngapain Sayang…?" Tanya Citra sambil mencoba menutup bawahan rok mininya. "Astagaaa.... Kamu masih mau ngintipin celana dalam Mama...?"
"Yeee... Ge-Er..... Tadi katanya Mama mau minta bantuin buat ngambil kunci mobil...." Ucap Ciello sambil menatap tubuh ibunya dari bawah. Karena Ciello tiduran dilantai, ia dapat dengan mudah melihat kemulusan betis dan paha ibunya yang mengkilap mulus. Bahkan, sekilas Ciello sempat mengintip warna celana dalam Mamanya yang berwarna putih cerah.
" Masih mau diambilin nggak kunci mobilnya...?"
"Astaga… Mama nggak kepikiran untuk mengambil kunci mobil Mama lewat kolong rak…." Ucap Citra menepok jidatnya, "Kirain kamu mau ngintip celana dalam Mama.... Hihihi...." Tambah Citra sambil berjongkok di samping tubuh putra kandungnya.
"Nggak pake ngintip juga Ciello nebak Mama pake celana dalam yang mana...."
"Serius....?" Tanya Citra, "Mama kasih 50 ribu deh kalo kamu bisa bener nebaknya...." Tambahnya lagi sembari sedikit memberi tantangan kepada Ciello.
"GLUP.... Astaga… Celana dalam Mama didepan mata…." Batin Ciello sambil melirik kearah putihnya selangkangan ibunya yang terlihat begitu menantang. Kulitnya mulus tanpa luka dengan guratan urat berwarna merah muda yang terlihat samar.
"Pasti kulit memek Mama tak berjembut sama sekali tuh.... Bersih cuiy... Sampe keliatan mengkilap dan licin..." Puji Ciello sambil berusaha menelan ludah ketika menatap kebalik rok Ibunya. Vaginanya yang tercetak jelas, membelah lipatan kain celana dalamnya. Menggelembung penuh, mengisi setiap sela kain penutup liang kewanitaannya. Sungguh sebuah pemandangan yang menggiurkan. Pemandangan yang susah untuk dilewatkan oleh semua lelaki jika sedang melihat keindahan selangkangan ibu Ciello .
"Mama hari ini pake.... Celana dalam warna putih dengan bahan satin...."
"Wuidiiiihh.... Kok kamu bisa tahu sih....?"
"Gimana Ciello nggak tahu.... Wong rok mama pendek banget.... "
"Kependekan ya Sayang....?" Tanya Citra basa-basi.
"Hmmm.... Nggak juga sih.... Cuman kayaknya terlalu seksi Maa.... Selangkangan Mama aja bisa keliatan jelas dari sini...."
"Ah masa sih Sayang...? Keliatan jelas banget ya...?" Tanya Citra yang walaupun percuma, ia berusaha menurunkan bawahan rok mininya.
"Dikit sih Maa..."
Hmmmm.... Kalo dikit sih kayak nggak apa-apa deh.... Biar Papamu seneng.... Hihihihi...." Tawa Citra malu-malu, "Kirain keliatan banyak.... Khan Mama malu Sayang kalo selangkangan Mama gampang diliat orang lain...Hihihi..."
"Ngapaib malu Maa...? Khan kemaren Ciello udah liat Mama telanjang... Masa sekarang masih malu sih kalo celana dalam Mama Ciello intip...?"
"Ya kalo kemaren khan Mama sedang mandi Sayang.... "
"Emang rasanya beda ya Ma....? Dilihat anak pas bugil ketika mandi...? Sama diintip anak pas sedang pake baju seksi....?"
"Auk deehhh... Kamu tuh ya... Jago banget muter-muterin kalimat...." Jawab Citra singkat karena tak mampu menjawab perdebatan dengan putra kandungnya, "Udah-udah.... Jadi...? Kamu bisa nggak ngambilin kunci mobil Mama...?"
"Iya... Bentar... Ini juga lagi Ciello usahain Maa...." Kata Ciello yang kembali merogoh-rogoh kebawah kolong rak tivi.
"Keambil nggak kunci Mama Sayang…?" Tanya Citra masih dalam posisi jongkok.
"Bentar ya Maa.. Agak susah ini ngambilnya....." Alasan Ciello sengaja memperlama merogoh kedalam kolong rak tivi, padahal ia ingin melihat pemandangan selangkangan Citra lebih lama lagi.
"AASTAAAGAAA ITUU MEEEMEEEEKKKK..... MUUULUSSS BENNEEERRR....." batin Ciello yang terus-terusan mencuri pandang kearah selangkangan Citra yang gemuk, putih dan menggembung. "Selangkangan kok bisa sebening gitu ya....? Kampret deh Papa... Bisa ngerasain memek Mama yang secantik itu.... Pasti memek Mama rasanya nikmat banget dah....." Batin Ciello iri, "Pantesan Papa selalu minta jatah nidurin Mama tiap malam.... Kammpreeettt... Jadi ngaceng mulu dah....."
"Ciello...? Cielloooo....?" Panggil Citra sambil lagi-lagi melambaikan tangannya ke wajah Ciello yang sedari tadi tertegun kearah celana dalamnya. "Aampun deh Sayaaang.... Sempet-sempetnya ya mata kamu ngeliatin celana dalam Mama mulu...?" Celetuk Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mana pake tonjolan celana kamu makin besar aja.... Kamu ngaceng ya Sayang...?"
"Hehehe... Iya Maa...." Jawab Ciello cengengesan.
"Sumpah deh.... Kamu tuh bener-bener mesum ya Sayang.... Mama sendiri diintipin...."
"Hhhhhh.... Mama-Mama... Capek dechh.... " Jawab Ciello ketus, "Gimana Ciello nggak ngintip celana dalam Mama...? Kalo cara jongkok Mama juga serampangan kayak gitu....? Mana rok Mama pendek banget... Otomatis lah Ciello bisa ngeliat jelas..."
"Iiiihhh.... Anak Mama ini ya... Jago banget ngelesnya.... " Seru Citra sambil tiba-tiba menyentil tonjolan daging dibalik kolor Ciello.
TUK. Sentil jemari lentik Citra pada tonjolan celana kolor Ciello.
"Auuuww.... Mamaa.... Apa-apaan sih....?" Kaget Ciello merasakan keisengan mamanya.
"Habisan kamu sihhh.... Iseng ngintipin celana dalam Mama..."
"Yeee.... Ciello nggak ngintip Maa... Emang Mama aja yang sepertinya mau pamerin celana dalemnya..."
TUK. Sentil jemari Citra lagi.
"Iidddiiihh.... Ngapain amat Mama mamerin celana dalam ke kamu...? Kamunya aja Sayang... Yang mesumnya kebangetan.... Hihihi...." Ucap Citra pura-pura sewot sambil terus menyentili tonjolan celana kolor Ciello.
TUK. TUK. Sentil Citra berkali-kali.
"Aduuuhh.... Sakit Ma...." Erang Ciello yang terus membiarkan ibunya menyentil-nyentil tonjolan batang penisnya. "Ya kalo mama pengen ngebales.... Intip aja titit Ciello, jangan disentilin begitu....?" Tantang Ciello.
"Huuu.... Mauuunya..... Dasar mesuumm..." Ucap Citra yang lagi-lagi berlagak sewot dengan tantangan Ciello. "Bilang aja kamu pengen mamerin titit jelekmu.... Iya khaaannn....?" Sentil Citra terus sembari sedikit meremas penis Ciello dari luar celana kolornya.
TUK TUK TUK. NGEEEKK. Remas jemari Citra pada batang penis putranya.
"AUUUWWW.... Mamaa... Sakiiiittt....." Teriak Ciello yang spontan membalas siksaan nikmat ibunya. Dengan sekali sergap, Ciello menangkap pergelangan kaki Citra dan menggelitik telapak kaki ibunya.
"Awww... Awww... Geli Sayang.... Awww.... Hihihihiihiihihi... Lepasin kaki Mama Sayang… Geli.... Geli... " Jerit Citra sembari tertawa kegelian. Tubuhnya menggelepar-gelepar dilantai saking gelinya. Sesaat, karena kegelian, Citra melepas remasan tangannya pada penis Ciello dan mencoba membebaskan pergelangan kakinya dari cengkraman tangan putranya.
“Nggak…. Nggak bakal Ciello lepasin… Biar Mamaa ngerasain pembalasan Ciello….”
"Awww... Hihihihi…. Geli Sayang.... Geli …. Awww.... Hihihihiihiihihi...” Jerit Citra sembari terus berusaha membebaskan kakinya dari kelitikan putranya. Ia bahkan sama sekali tak mempedulikan roknya yang tersingkap dan memamerkan celana dalam mininya yang seksi pada Ciello.
"WOOOOWWW... MEMEEEEKK MAMAAAA KELIATAN MAKIN JELASSSS.... " Girang Ciello ketika melihat tubuh ibu kandungnya menggelepar-gelepar menahan geli. Buru-buru, putra kandung Citra itu melepas pergelangan kaki Citra dan menangkap kedua paha ibunya. Lalu dengan berpura-pura memberi pembalasan pada Citra, Ciello membenamkan wajahnya kearah kedua paha mulus ibunya.
“Hmmmmm…. Ooohhhh…. Sumpah… paha Mama mulus banget… ” Hirup Ciello dalam-dalam ketika wajahnya kulit paha Citra. Walau Citra masih bergerak-gerak hebat, Ciello tetap saja memeluk paha ibunya kuat. Mengusap-usap sepasang paha putih tanpa bulu itu sepuas-puasnya.
"Hihihihi…. Sudah sayang… Lepasin paha Mama…. Sudah… Awww... Hihihihi…. Geli Sayang.... Geli….” Tawa Citra tak terkendali sembari terus menggerakkan tubuhnya kekiri dan kekanan. Berusaha melepaskan diri dari dekapan mesum putra kandungnya.
Tiba-tiba, sebuah pemikiran iseng muncul di benak Ciello. Entah pemikiran dari mana, putra kandung Citra itu tiba-tiba mendusel dan membenamkan wajahnya dalam-dalam kearah celana dalam yang membungkus gundukan indah vagina Citra. Sambil menggeleng-gelengkan wajahnya, Ciello berusaha menggelitik vagina ibunya.
“HUOOOHHHH…. MEMEK MAMA WANGI BANGEEET….. “ Girang Ciello setelah berhasil menghirup aroma celah selangkangan ibunya. Walau Citra masih mengenakan celana dalam, aroma kewanitaannya dapat tercium jelas oleh hidung putranya. “Pasti memek ini terasa begitu legit… Pasti terasa begitu menggigit….” Tambah Ciello yang terus membenamkan wajahnya dalam-dalam kearah selangkangan Citra.
“Wahahaha…. Cielloooo….. Jangan kelitikin memek Mama Sayaaang… Awwww …. Memek Mama Geli Sayaaang.... Geelliiii…. Wahahaha….” Tawa Citra yang tiba-tiba meledak dan mendorong kuat-kuat kepala Ciello supaya menjauhi area selangkangannya.
"Nggak ah.... Ciello belum puas...." Erang Ciello yang masih terus membenamkan wajahnya kegundukan vagina Cita.
Perlahan tapi pasti, gelitikan dan desakan wajah Ciello pada vaginanya mampu membuat darah birahi Citra semakin berdesir. Dan tak lama kemudian, vagina Citrapun mulai membanjir. Membasah dan tercetak jelas di celana dalam tipisnya.
"Wah... CELANA DALAM MAMA BASAH.... " Girang Ciello seolah tak percaya, jika vagina ibu kandungnya saat ini mulai terangsang karena kelitikan mesumnya. "Dan aroma memeknya.... Hmmmm... Busyeeet.... Makin nikmat menyengat..."
Melihat pemandangan celana dalam Citra yang semakin membasah, membuat Ciello tertegun. Diam melamun dengan pikiran yang penuh dengan segala kemesumannya. Hingga akhirnya, Citra bisa membalikkan posisi dan berhasil melepaskan diri dari dekapan mesum Ciello.
"Berani kamu ya ngebales Mama..." ucap Citra singkat sambil meremas kuat-kuat batang penis Ciello. Plus, kedua buah zakarnya.
NGGGGEEEEEKKKK. KREEZZZZ
" AUUUWWW.... Aduuuuuhhhh..... Sakit Maaaa....." Jerit Cisllo kesakitan.
"Biarin aja.... Rasain.... " Seru Citra yang makin memperkuat remasan tangannya.
"Aduh Maaaa... SAKIIITTTY..... Bisa ancur ini telor Ciello Maaaa....Sakiitt... "
"Biarin.... Biarin aja.. Malah... Kalo bisa mama bakal remes ini telormu sampe pecah...."
"Aaaaahhhhh... Jangan Maaaaa.... Aaaaaawww...."
"Ampun nggak...? Ayo... Ampun nggak...?" Ancam Citra.
"Iya Ma iya... Ampun... Ampuuuuunnnn......" Jerit Ciello kesakitan.
"Yaudah... buruan ambil dompet kunci Mama..." pinta Citra tanpa melepas tangannya pada penis Ciello.
"IYA MAAA....Uuuuuuhhhhh...." Lenguh Ciello sambil buru-buru mengeluarkan dompet kunci mobil mamanya dari bawah kolong rak tivi, "Ini Maa...."
"Naaah... Gitu donk...." girang Citra langsung menyambar dompet kunci itu dari genggaman tangan putranya.
"Aduuuhh.... Mama tega deeehh... Nggak liat-liat ya ngeremes tititnya.... Ngilu Maaa...." Protes Ciello sambil mengusapi tonjolan di selangkangannya.
"Makanya... Jadi orang jangan suka mesum...." Celetuk Citra, "Ama ajarin tuh titit kamu... Biar nggak gampang ngacengan..."
"Hehehe... Abisan... Salah siapa Ciello punya ibu secantik Mama.... Jadi yah.... Harap maklum Maa... Kalo Ciello jadi suka mesum pas sedang ngeliatin Mama... Hehehe...." Tambahnya lagi dengan tangan yang terus-terusan meremasi bantang penisnya yang semakin membesar.
"Iiiiiiihhh.... Emang kamu tuh ya.... Dasar otak mesum.... Hihihihi... " celetuk Citra sembari melirik aktifitas tangan Ciello.
"Huuuuuu..... Mama mah nggak tahu terima kasih.... Udah aku bantuin malah dibilang mesum....?"
"Hihihihi... Biarin aja.... Sekalian ngasih kamu pelajaran biar nggak berbuat macem-macem lagi ama Mama... " Ucap Citra ketus.
"Ciello khan nggak macem-macem Maaa.... Cuman nggelitikin aja kok..."
"Iya... Nggelitikin sambil cari kesempatan....Mana ada anak yang ngegelitikin sambil ndusel-nduselin muka ke memek ibunya...?"
"Hehehe... Khan Ciello pengen tahu reaksi Mama... "Jawab Ciello sambil terus mengusapi batang pebisnya yang semakin tercetak dari luar celana kolornya, "Abis... Mama cantik sih... Jadi bikin Ciello makin gemes aja... "
"Dasar anak mesum.... Masih sempet-sempetnya ngambil kesempatan dari badan Mama.... Hihihi..." Celetuk Citra sembari menyentil penis Ciello lagi.
"Aaawww.... Mamaaa.... Udah aaah. Saakiiitttt....." Teriak Ciello spontan....."
"Ehhh... Sakit ya...? Perasaan tadi Mama ngeremesnya pelan kok..."
"Huuuuu... Pelan dari Hongkong...? Sakit banget tau Maa... Berasa beneran mau pecah..."
"Yaaah... Maaf maaf Sayang.... Mama nggak tau kalo tadi remesan Mama sekenceng itu.... "
"Ssshhh.... Aduuuhhh.... Mama tega iiihhh...." Rengek Ciello dengan wajah sedih sambil terus mengusapi batang penisnya dari luar kolor.
"Yaudah sini.... Mama bantu urutin titit kamu deeh.... Biar nggak sakit lagi...." Ucap Citra yang tanpa malu, mengambil alih tangan Ciello dan mulai mengusap penis Ciello dari luar kolor.
"Ehh... Maaa....? Ehhhmmmm..... Hhhhhhssss.... Maaa... Ampun Maa... Jangan diremas lagi ya..."
"Hihihi... Iya iya... Mama nggak ngeremes titit kamu lagi.... "
"Eeehhhmmmmhhhh.... Maaaa.... Pelan-pelan Maaaa.... Masih ngilu..."Desah Ciello, " Ehhhmmm.... Pelan maaahh...."
"Kenapa Sayang...? Enak...?" Goda Citra sambil terus mengusapi batang penis Ciello yang tercetak di celana kolornya. "Pasti sakit banget ya Sayang....? Sampe jadi keras begini....? Maafin Mama yaaa..."
"Enghhhmm Ooohh... I... Iya Ma... Oooohh...."
Melihat cetakan batang penis berukuran besar pada celana kolor Ciello, nafsu birahi Citra tiba-tiba meninggi. Dan seketika itu pula, Citra mendapatkan sebuah ide mesum untuk bisa melihat penis putranya lebih jauh lagi. Perlahan, jemari lentik Citra mulai mengurut-urut penis putranya itu dari luar celana.
"Ooohh... Maaaa..... Sssshhh..... Oooohhh....." Lenguh Ciello keenakan.
"Kenapa Sayang....?" Tanya Citra
"Urutan tangan Mama... Jadi buat Ciello....Hmm..... Pengen...."
"Onani....?" Potong Citra
"Nggg..... I... Iya Ma...."
"Beneran kamu pengen onani....?"
"Nnnggg.... Kalo boleh sih....."
"Disini....? Didepan Mama....?"
"I... Iya..."
"Nggg.... Yaudah.... Sok aja kalo kamu pengen onani...."
"Serius Ma...?" Girang Ciello.
"Hmmm.... Iya.... " Jawab Citra sambil tersenyum, "Mau sekalian Mama bantuin...?"
"Beneran Mama mau....? Wah boleh Maa.... " Girang Ciello, "Sekarang... Bantuin Ciello buat nurunin kolor dong Ma...."
"Huuuu.... Dasar anak manjaa.... Hihihihi..." Ucap Citra yang kemudian memajukan tubuhnya kearah lutut Ciello. Dan dengan satu sentakan kuat, ia menarik turun celana kolor putra kandungnya itu.
TUUUUIIIIINNNNGGGG...
Seketika penis besar Ciello melenting keatas, terbebas dari kungkungan celana kolornya. Besar, gagah, dan penuh dengan guratan urat disekujur batangnya.
"Astaga... Kontol Ciello.... Udah keluar precumnya aja...." Desah Citra lirih ketika melihat penis putranya yang sudah terlihat jelas, tak terhalang oleh benda apapun. "Gagah sekali kontolmu Nak.... Uratnya tebal, kepalanya besar, kantong zakarnya menggelantung indah.... Dan jembutnya.... Busyeeet... Lebat amaat..... Pasti asem banget tuh baunya...."
"Kenapa Maa..?"
"Nggak kenapa-napa Sayang... Mama cuman heran... Kok tititmu udah ngiler aja ya Sayang...?"
"Hehehehe... Iya Maaa.... Itu juga gara-gara Mama...."
"Pasti kontol Ciello terasa keras tuh...." Gumam Citra lagi sambil memeriksa dengan seksama, tonjolan daging kebanggaan putranya itu.
"Hhhhmmm.... Boleh Mama... Hmmmm.... Pegang tititmu nggak Sayang...?"
"Wah... Boleh banget Maa...." Ucap Ciello sambil buru-buru menurunkan seluruh celana kolornya hingga terlepas dari kakinya.
"Hihihihi.... Inisiatifmu kalo tentang hal-hal mesum... Memang benar-benar patut diacungin jempol loh Sayang..."
"Hehehehe.... Iyalah.... Harus itu Maa...."
Segera saja, Citra menggenggam batang penis putranya itu.
"Astaga... Besar sekali Sayang...." Kagum Citra sambil membolak-balik penis putranya yang sudah berkedut hebat saking bernafsunya. "Tangan Mama sampe nggak muat ini ngegenggemnya.... Kaya megang botol air minum.... Besar sekali...."
"Ahh Mama bisa aja... Besar mana titit Ciello ama titit Papa Maa....?"
"Nggg.... Kayaknya sih sama Sayang.... Tapi kalo besok kamu udah seusia Papamu.... Mama yakin ini titit bakal jauh lebih besar dari punya Papa...."
"Hehehe.... Masa sih Maa....?" Kekeh Ciello, " Kalo gitu.... Bisa dong.... titit aku sewaktu-waktu ngegantiin tugas titit Papa....? Hehehehe...." Celetuk Ciello.
"Ngegantiin titit Papa buat nyodok-nyodok memek Mama gitu...?"
"Hehehe... Ya pas Papa sedang nggak bisa nyodok memek Mama aja Maa... Hehehe..."
"Iiiihhsss.... Apaan sih.... Ngimpiii... Weeeeeee...." Jawab Citra sambil menjulurkan lidah.
"Tapi benar juga apa yang dikatakan Ciello.... Sewaktu-waktu.... Kontol ini bakal bisa aku gunain buat melampiaskan nafsu birahiku yang tertunda..." Batin Citra. Melihat kebesaran batang penis Ciello yang ada di tangannya, membuat pikiran mesum Citra melayang-layang. Membayangkan sesuatu niatan aneh yang sama sekali tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
"Pasti enak sekali tuh... Kalo memek aku disodok-sodok dengan kontol sebesar itu..." Kagum Citra sambil mengusap lelehan precum di mulut penis Ciello dengan jempol tangannya, "Pasti bakal menohok rahimku hingga mentok..."
"Maaa....?" Panggil Ciello lagi, "Kok diem lagi Ma...?"
"Ehh.. Enggak.... Ini... Kok sepertinya ada yang aneh ya...?" Tanya Citra
"Aneh...?"
"Iya Sayang... Aneh.... Sepertinya titit kamu ini lebih besar dari kemaren ya...?"
"Ah masa sih Ma...?"
"Iya.... Tititmu ini... Sepertinya lebih berotot, lebih kekar, dan lebih panjang..." Ucap Citra sembari mulai meremasi batang kebanggaan putranya. Kalo kaya gini mah namanya bukan titit lagi Sayang...."
"Lhaaa....? Trus kalo bukan titit.... Apa dong namanya....?"
"KONTOL...." Jawab Citra singkat. "Ini Mama sebut.... KONTOL...."
"Wwooowww... Mama.... Vulgar banget nyebut kata kontolnya.... Hehehe...."
"Hihihi.... Kamu suka nggak panggilan baru buat tititmu...?"
"Oowwwhhmm... Suka Maaa.... Suka banget...." Lenguh Ciello keenakan, "Ooohhh.... Maaa.... Lembut banget kulit tanganmu Maa... Enak banget Ma...."
"Hihihihihi... Baru juga dipegang-pegang Sayang... Kamu udah ngerasa keenakan.... Apalagi kalo kontol kamu Mama kocokin...?" Kata Citra yang kemudian mempercepat gerakan tangannya, mengocok batang penis putranya naik turun.
"Huuuooohh... Maaaaaa.... Enak banget...." Lenguh Ciello sambil meliuk-liukkan tubuhnya. "Terus Maaa... Teeeruuuusss..... Enak banget kocokan tangan Mama....."
"Hihihi.... Nikmatin aja Sayang.... Dan eh iya... Berhubung kamu tadi habis ngebantuin Mama... Mama mau kasih kamu hadiah...."
"Hadiah apa Ma...?"
"JUUUHHH...."
Tiba-tiba, Citra meludahi kepala penis Ciello dan membalurkan seluruh air liurnya kesekujur batang penisnya.
"JUUUHH.... "
"Mama mau buat kamu enak Sayang.... Mama pengen bikin kontolmu ngecrotin pejuh Sayang.. Hihihi...."
"Oooohhh... Mamaaa.... Enak banget kocokan tanganmu Maaa...." lenguh Ciello keenakan.
"Hihihihi... Kamu suka Sayang...?"
"Banget banget banget.... Oooohhh... Mamaaa....." Ucap Ciello kelojotan karena merasakan kenikmatan akibat kocokan pelan jemari lentik Citra pada kepala penisnya.
"JUUUH.... JUUUH..... " Ludah Citra lagi pada kepala penis Ciello sembari terus menggurut-urut kepala penis putranya itu dengan remasan yang makin kuat.
"Uuuwwwooooo... Maaa... Geeeeliiii...." Lenguh Ciello sambil buru-buru bangun dari tiduran telentangnya dan menatap tajam kearah wajah cantik Citra yang terpaut hanya beberapa centimeter dari wajahnya.
"Hihihi.... Kenapa Sayang...? Kok muka kamu tegang gitu...? Kocokan Mama nggak enak ya...?"
"Uuuuhh.... Uhh.... Bukan Ma... Mama hari ini keliatan Cantik banget.... Bikin Ciello makin cinta ama Mama.... " Gombal Ciello
"Aaah.... Bisa deh ngerayunya...."
Beneran Maa.... Sumpah.... Mama cantik banget...." Puji Ciello, "Eh iya Ma.... "
"Yaaa...?
"Ngggg.... Boleh nggak Ciello.... Ngggg.... Ngesun Mama....?"
"Ooowww.. Kamu mau ngesun Mama...? Yaudah sini... Sok aja sun Mama...." Jawab Citra sembari menyodorkan pipi mukusnya kehadapan Ciello.
"Bukan sun pipi Maa... Tapi...
"Tapi apa...?"
"Tapi....Ciello pengen... Nggg.... Sun... Di bibir...."
"Idddiiiihh.... Ini bibir khan punya Papamu aja Sayang...."
"Dikiiit aja Maa.... Ciello pengen tahu rasanya...."
"Huuuu.... Dasar mesum.... Hihihi...." Jawab Citra yang kemudian secepat kilat mengecup bibir tebal Ciello.
CUP.
"Udah...?" Tanya Citra.
"Sekali lagi Ma..." Jawab Ciello.
CUUUPP
Lagi-lagi, Citra mengecup bibir putranya sembari sedikit memberi ludah basah dari lidahnya.
"Udah...?"
"Lagi Ma...."
MMHHH.... CUUUPPPP
Kali ini Citra sengaja mengecup bibir Ciello cukup lama. Ia juga sengaja membuka mulutnya, mencari tahu sejauh apa keberanian putranya ketika mengecup bibir ibu kandungnya.
MMHHH.... CUUUPPPP.... CUUUPPPP.
Ternyata Ciello cukup berani. Bahkan terlalu berani. Ia tak segan-segan untuk memasukkan lidah kasarnya kedalam mulut ibunya. Membuat mereka berdua sejenak untuk bergulat lidah. Namun, ketika sedang asyik-asyiknya Ciello menggumuli lidah ibunya, tiba-tiba Citra melepas pagutannya.
"Yaahh... Kok bentaran Ma...?"
"Hihiihi... Bentaran aja yaa... Ntar kamu ketagihan...."
"Yah Mama... Khan cuman kecup bibir aja...."
"Iya... Tapi bibir ini khan punya papamu aja Sayang..." Jelas Citra lagi, "Lagian kamu khan juga udah dapat tangan Mama...." Tambah Citra sembari kembali mengocok penis putranya.
"Kalo tangan aja sih kemaren khan Mama juga udah ngasih Maa...." Gerutu Ciello, "Masa ga boleh minta lebih dikit lagi sih Ma...?
"Huuuu... Ngareeep lebih nih yeeeee....?"
"Hiyalah.... Khan tadi Ciello udah ngebantuin Mama... Dengan segenap jiwa dan raga... Hehehe...."
"Jadi sekarang kamu main itung-itungan...?" Jawab Citra dengan nada datar, namun terdengar mengancam.
"Nggg.... Ya... Khan kalo Ciello dapet lebih... Ciello nggak nolak Ma... Hehehe...."
"Minta lebihnya seperti apa....?"
"Nggg..... Kalo Ciello minta Mama buat nyepongin kontol Ciello.... Mama mau nggak....?"
"Iiiihhhssss.... Daasar anak messsuuuummmm.....Hihihi.... "
"Ayolah Maaa... Bentaran aja..."
"Hmmmm.... Jadi makin lama nih Mama mesum-mesuman ama kamunya...? Hihihi...."
"Hehehe.... Mau ya Maaaaa.... Pleeeesseeee..."
Sejenak, Citra melihat jam di pergelangan tangannya. "Hmmmm.... Okedeh.... Tapi..... Mama nggak bisa lama-lama ya Sayang... Mama sudah harus jalan ngejemput papamu..."
"Iya Ma... Apalagi kalo kontol Ciello kena bibir lembut Mama... Pasti Ciello bakal cepet Maa ngecrotnya.... Hehehe..."
"Yeeee.... Ngaaareeeeepppp....."
Segera saja Citra kembali bersimpuh pada kedua lututnya, lalu mengocok Ciello. Karena tubuh Citra ketika mengocok penis Ciello dalam posisi merangkak dan bertumpu pada sikutnya, otomatis Ciello dapat melihat goyangan payudara Citra dengan jelas. Dan tanpa meminta ijin, Ciello memberanikan diri untuk menyentuh payudara besar Citra yang selalu hadir dalam mimpinya.
"Sayang.... " lenguh Citra ketika tangan putra kandungnya menyentuh payudaranya, "Kamu ngapain...?"
"Eh... Enggak Ma... Ini baju mama kotor..."
"Ooowww..." Jawab Citra singkat tanpa menyingkirkan tangan Ciello dari payudaranya.
Melihat reaksi Citra yang biasa-biasa saja, keisengan Ciello muncul kembali. "Astaga Ma.... Tetek Mama empuk sekali ...?" Bisik Ciello lirih, "Dan besar banget Maaa...."
Lagi-lagi, Citra tak mempedulikan tangan jahil Ciello. Ia seolah sengaja membiarkan tangan mesum putranya untuk menjelajahi gundukan kedua payudaranya yang bergantungan itu secara bergantian.
"Maa... "
"Yaa...?"
"Biar Ciello cepet keluar.... Ciello boleh lihat tetek Mama nggak....?"
"Buat apa Sayang...?"
"Ciello pengen ngeremes-remes tetek Mama...?" Pinta Ciello melas.
"Hmmm..... Boleh..... " Jawab Citra, "Sok aja Sayang...." Jawab Citra yang kemudian membiarkan tangan nakal meremas pelan payudara besarnya.
"Nggg.... Kalo Ciello lepas bajunya...? Boleh nggak Ma....?"
"Baju aja....?"
"Ngggg... Boleh ya Maaa...? Hehehehe...."
"Lepas aja sendiri deh.... Mama sibuk ngocokin kontolmu...."
Dengan bersemangat, Ciello buru-buru melepas semua kancing kemeja Citra, hingga menampakkan tubuh putih bersih dengna kulit yang halus mulus.
"Kulit Mama mulus bener Ma... " Puji Ciello sembari mengusapi pundak dan payudara Citra.
Tak puas dengan mengusapi, Ciello pun berinisiatif untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi. Tanpa meminta ijin, Ciello meraih kaitan beha Citra dan melepasnya perlahan.
KLIK...
"Sayang....? Kamu mau ngapain....?"
"Ngggg.... Cielo pengen liat puting Mama... Boleh ya Ma...? Ciello penasaran....."
Tanpa menjawab, Citra hanya mengangguk. Membiarkan beha merahnya terlolosi dari tubuh indahnya. Dan membuat payudara besarnya menggelantung bebas tanpa penahan dan penutup apapun.
"Wooowww... BESAR SEKALI TETEKMU MAAA..." Puji Ciellonyang langsung tak menyia-nyiakan gelantungan payudara bulat ibunya, ia segera meremasi payudara itu sambaru memilin puting payudaranya pelan.
"Ssshhhhh.....Pelan-pelan Sayang....."
"Sumpah Maa.... Tetek Mama ternyata jauh lebih besar dari yang Ciello bayangkan....Empuk banget Maaa.. Mana putingnya.... Sumpah.... Bagus banget Maaa..."
"Aaah.... Bisa aja kamu.... Kaya nggak pernah liat tetek Mama aja..." Ucap Citra terus meladeni kenakalan putranya itu sambil mengocoki penis ditangannya kuat-kuat.
"Beneran Maaa.... Tetek Mama bagus.... Besar, mulus, empuk.... Ooohh.... Mama cantik banget Maaa.... Eehhmmm.... Ssshh.... " Lenguh Ciello sembari terus meremasi kedua payudara besar Citra, "Ciello ngerasa bangga punya ibu secantik Mama.... Ssshh... Ciello bangga punya ibu seseksi Mama... Tubuh Mama... Ooohh... Tetek besar Mama... Pantat bulat Mama.... Kaki mulus Mama... Bener-bener selalu bikin Ciello horny Ma..."
Mendengar pujian dan rayuan Ciello, ditambah remasan dan cubitan nakal pada payudaranya, membuat desah kenikmatan Citra mau tak mau keluar juga.
"Eeemmmhhh...." Lenguh Citra lirih. "Pinter ya kamu ngegoda Mama.... Ooohhh.... "
"Bener Maa... Ciello makin jatuh cinta ama Mama...." Ucap Ciello sembari terus meremasi kedua payudara ibunya dengan kedua tangannya.
"Ooohh... Saaayaanngg.... Tetek Mama Ngilu...Eehhmmm.... Shhhh....." Erang Citra keenakan.
Mendapat rangsangan pada organ paling sensitifnya, membuat Citra menjadi hilang akal. Alih-alih menepis tangan jahil Ciello pada payudaranya, Citra malah semakin mempercepat kocokan batang penis besar itu dengan jemari lentiknya. Tak lupa, Citra juga terus-terusan meludahi Ciello dan memelintir batang penis itu. Berusaha membuat penis putranya itu segera mengeluarkan semburan benih kenikmatannya.
JUUUH JUUUHHH.... JUUUH JUUUHHH....
"Oooohhh... Maaaa.....Ampuun Maaaa...." Seru Ciello keenakan.
Kocokan demi kocokan jemari Citra, semakin lama semakin kuat. Membuat penis putra kandungnya itu makin terasa berkedut dengan kerasnya, hingga membuat tubuh putranya itu semakin kelojotan.
"Oooohh... Ampun Maaa.... Aampuunn.... enak banget Maaa... Ooohh... Ohh... Ohh..." Lenguh Ciello tak mampu menahan rasa ngilu, geli sekaligus nikmat pada penisnya. "Kalo gini terus... Ciello bisa ngecrot nih Maa... ooohh...."
TIIT TIIIT TIIITT TIIITT....
Tiba-tiba, dering handphone Citra berdering. Membuat layanan masturbasi Citra pada penis putranya terhenti sejenak.
"Astaga... Itu pasti Papamu sedang nelpon Sayang......." Seru Citra menebak-tebak, tanpa melihat dari siapa telephon itu berasal.
"Biarin aja Maa... Mama ngocokin kontol Ciello aja dulu.... Ciello mau keluar nih...." Pinta Ciello sambil terus meremasi payudara besar ibunya.
TIIT TIIIT TIIITT TIIITT....
"Bentaran ya Sayang... Nanti deh kita lanjutin lagi...." Elak Citra sambil berusaha beranjak dari posisi merangkaknya.
"Yaaeelaaahh Mamaaa..... Dikit lagi Maa... Ya Maaa...." Paksa Ciello menahan tubuh Citra supaya tak beranjak dari sampingnya, "Bentar lagi Ciello keluar kooookkk.... Ayo terus kocok kontol Ciello Maa..."
TIIT TIIIT TIIITT....
Suara handphone Citra tak henti-hentinya berdering, hingga akhirnya....
TIIT TIIT TIIIT TIIT TIIT TIIIT TIIITT TIIITT......................................
Suasana kembali hening. Sunyi tanpa suara apapun selain suara becek tangan Citra yang sedang mengocoki batang penis putranya yang penuh dengan air liurnya.
"Naah... Berhenti khan....? Ayo Ma... lanjutin lagi...." Ajak Ciello lagi supaya Citra kembali menghadap kearah penisnya.
"Astaga Sayang... Mama udah telat banget nih... " Kata Citra begitu melihat jam tangannya, "Kamu lanjutin sendiri aja yaa..."
"Yaah... Mamaaa.... Nanggung amat sih...? Dikit lagi deeeh.... Ciello bentar lagi keluar kok..."
TIIT TIIT TIIIT TIIT TIIT TIIIT
Lagi-lagi handphone Citra berdering.
"Tuhh... Papamu nelpon lagi Sayang... Udahan dulu ya... " Ucap Citra yang kemudian buru-buru berdiri dan segera berjalan kearah meja pendek di ruang keluarga.
Sejenak, Citra mencari-cari handphone didalam tasnya. Karena tinggi meja ruang keluarga cukup pendek, Citra harus membungkuk guna menemukan handphone dalam tasnya. Sekali lagi, posisi tubuh Citra membuat belakang rok mininya kembali terangkat naik, memamerkan celana dalam mini kepada Ciello.
"Astaga... Pantat bulat Mama.... Celana dalam Mama.... Belahan memek Mama....." Dengus Ciello sembari terus mengurut batang penisnya, "Coba aku bisa jadi Papa.... Bakal aku sodok-sodokin tuh memek pake kontol ini...." Batin Ciello sambil membayangkan bersetubuh dengan ibu kandungnya.
"Eh.... Mungkin kalo aku nyoba nyelipin batang kontolku ke sela-sela pantat Mama.... Mama bakal marah nggak ya...?"
TIIT TIIT TIIIT TIIT TIIT TIIIT
"Ya Halloooo....?" Jawab Citra sambil mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya.
"Iya Paa.... Mama ini sebentar lagi jalan...."
"Iya... Maaf agak telat.... Tadi Mama ada urusan bentar dengan Ciello...."
"Mumpung Mama sedang nelpon Papa.... Pasti Mama nggak bakalan marah kalo aku godain...." Batin Ciello yang tiba-tiba, beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Citra. Lalu tanpa basa-basi, ia menyodorkan batang penisnya yang masih menegang keras kearah ibunya yang masih menungging. Menyelipkan batang penisnya ke sela-sela belahan pantat ibunya.
"Maaa.... Ayo Maaa.... Lanjutin bentaran..." Lenguh Ciello sambil memeluk pinggang ramping Citra. Karena ukuran penis Ciello yang cukup panjang, kepala dan sebagian batang penisnya sampai keluar kedepan, melewati bawah selangkangan Citra.
"Ssssttt... Ciello... Apa-apaan kamu....?" Hardik Citra dengan nada pelan, "Mama sedang ngobrol dengan Papamu... Singkirin dulu dong kontolmu...." Tepis tangan Citra berusaha mengalihkan sodokan batang penis putranya yang menonjol keluar melewati selangkangannya.
"Ayolah Maa... Bentaran ajaaaa...." Bisik Ciello yang tak mengindahkan permintaan Citra. Bukannya pergi mencabut batang penisnya dari pantat Citra, ia malah mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur.
"Kenapa Mas....?"
"Enggak... Ini loh Ciello lagi manja.... Aduh... Lipstik aku dimana ya...?" Ucap Citra sembari mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya.
"Ciello.... Bentaran ah... Mama masih ngobrol bentar...." Bisik Citra pelan sambil berusaha menolak..
"Nggak mau ah.... Kalo Mama nggak mau ngelanjutin... Ciello nggak mau udahan.... Ayo Maaa... " Ancam Ciello sambil mulai mempercepat goyangan pinggulnya. Menggeseki belahan bawah pantat Citra dengan kuat.
Lucu. Karena gerakan maju mundur Ciello, kepala penisnya terlihat ikut bergerak keluar masuk dari selangkangan Citra. Membuat ibu dua anak itu seolah memiliki penis yang dapat tumbuh dan tenggelam dari dalam vaginanya.
"Eeehhmmm... Ciellooo....." Desah Citra pelan. Karena posisi Citra yang masih membungkuk, gerakan Ciello yang maju mundur di belahan pantatnya, mau tak mau ikut membuat vaginanya tergesek-gesek. Nikmat. Membuat Citra sejenak teringat dengan kejadian pagi hari, dikamar Ciello, beberapa saat lalu.
"Kenapa Mas....? Ehh... Enggak... Ehhmm.... Nggak kenapa-napa kok Mas... Biasa.... Ssshh.... Ciello cuman lagi ngajak Adek maenan.... "
"Mama....Ayolah Maa..." Bisik Ciello pelan. Sambil terus merengek, ia terus menggoyangkan pingulnya. "Iya Sayang... Bentar ya...."
Merasa tak dihiraukan, Ciello seolah menjadi gelap mata.
"Ahh... Mama... Kalo Mama nggak mau.... Ciello bisa ngecrot sendiri kok..." Erang Ciello sembari mempercepat gerakan maju mundur pinggangnya kuat-kuat. Membuat penisnya semakin menggesek-gesek vagina Citra yang masih terbungkus celana dalam.
"Eh Sayang... Kamu mau apa....?" Kaget Citra ketika melihat putranya mulai 'menyetubuhi' dirinya dengan kasar.
PLAK PLAK PLAK
Suara hentakan pinggang Ciello terdengar nyaring ketika menabrak pantat putih ibunya.
PLAK PLAK PLAK
Buru-buru Citra mendekap microfon handphonenya, berusaha menyembunyikan suara tepukan pinggang dan pantatnya dari pendengaran suaminya.
"Eh Sayaang... Tunggu... Tunggu Sayang... Papamu sedang telpon ini...." Erang Citra panik.
"Hallooo....? Haalllooo....?" Suara panggilan Mike terdengar dari speaker phone, memanggil-manggil istrinya yang mendadak diam. "Sayang...? Hallooo....? Deeek...?"
"Biarin.... Biarin... Papa... Nunggu dulu... Ciello... Udah... Nanggung banget... Maa... Oooohh..." Erang Ciello dengan suara putus-putus karena saking bernafsunya.
"Oooohh.... Saayaaangg... Pelan-pelaaan.... Memek Mama sakit ini kegesek-gesek kontol ama kain celana dalam Mama...." Pekik Citra sembari berusaha melepaskan diri dari dekapan tangan Ciello.
"Yaudah... Kalo sakit... Celana dalamnya... Ciello turunin aja ya Maa..." Celetuk Ciello yang dengan gerakan super cepat menghentikan goyangan pinggulnya. Mencabut penisnya dan kemudian menarik turun celana dalam ibunya hingga sebatas lutut. Setelah itu, ia lalu kembali menyelipkan batang penisnya pada belahan pantat Citra dan kemudian menyodok-nyodoknya lagi.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
"Hallooo....? Haalllooo....? Sayaaang....?" Panggil Mike lagi "Hallooo....? Deeek...?Kamu sedang apa sih....? Halllooooo....?"
"Ciello.... Lepasin Mama Sayang... Uhh... Uhh... Uhhh.... " Erang Citra kebingungan. Karena satu tangan sibuk menahan tubuhnya supaya tak ambruk kedepan, dan tangan lainnya sibuk menutup microfon handphone, Citra tak mampu berbuat apa-apa. Antara menggunakan tangannya untuk melarang putra kandungnya 'menyetubuhi' dirinya, ataupun menggunakan tangannya untuk menutup panggilan telephon dari suaminya.
Citra benar-benar bingung namun juga penasaran. Ia ingin mengetahui akan sejauh apa perlakuan mesum putranya pada dirinya. Satu sisi, Citra merasa bersalah telah menggoda Ciello sehingga ia menjadi gelap mata seperti ini. Di sisi lain, Citra juga menikmati 'persetubuhan' palsu ini. Persetubuhan yang walau hanya menggesek-gesekkan penis pada bibir vaginanya, namun tetap saja memberikan efek nikmat yang teramat sangat.
"Ooohhh... Sayaaangg.... Sshhhh....." Desah Citra sambil berusaha menjaga tubuhnya supaya tak jatuh kedepan.
Perlahan tapi pasti, vaginanya semakin membasah, dan membanjir hebat. Terlebih ketika batang besar putranya menggeseki biji kelentitnya dengan gerakan super cepat, membuat vaginanya semakin gatal. Gesekan batang berurat Ciello yang walau tak menusuk ke liang vaginanya ternyata tetap mampu membawa sensasi kenikmatan yang mampu membuat ibu dua anak itu merinding. Bukan karena takut jika batang penis itu tiba-tiba terselip masuk liang kewanitaannya, melainkan ia takut jika vaginanya akan ketagihan dengan persetubuhan terlarang ini.
Karena biarpun tubuhnya melakukan penolakan akan perbuatan tak senonoh Ciello, dari lubuk hatinya, Citra begitu menginginkan untuk dapat segera disetubuhi oleh putranya ini. Bahkan kalau mau, bisa saja Citra merendahkan tubuh depannya turun, dan membuat penis besar putranya itu melesak menembusi liang kewanitaannya.
"Ooohhh... Mamaaaaa.... Enak sekali belahan pantatmu Maaa...." Erang Ciello sembari terus menghantamkan pinggulnya kearah pantat bulat Citra. Tak lupa, Ciello juga terus meremasi payudara besar Citra yang bergoyang-goyang bebas. "Enak juga ngeremes-remes teteeekmu Maaaa....."
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK....
Suara tepukan tubuh ibu dan anak itu terdengar nyaring memenuhi ruang tivi.
"Sshhh.... Ooohh... Cieellooo.... Hentikan Nak... Hentikaaaan.... Ssshhh.... Nanti Papamu.... Bisa... Ooohhh... Dengeeer loooohh.... Eeeehhhmmmm...." Erang Citra lirih.
"Biarin Papa denger... Yang penting Ciello puaaasss...." Jerit Ciello sambil terus menariki payudara ibunya kuat-kuat. "Sumpaaah... Tetek Mama bener-bener menggairahkan.... Besar sekaaaliiii....."
"Ooohh.... Sayaaang.... Pelan-pelaaan....Jangan keras-keras ngeremesnyaaa... Saaakiiitt....." Erang Citra
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK....
"Ooohhh... Maaaaaa..... Cieellloooo nggak kuat lagi.... Ciellooo mau keluaaar Maaa..... Ciello... Keluaar.... Oohhh... Ohhhh.. Ooohh..."
CROT CRROOT CROOCOOT CROOOT CROT
Tujuh semburan hangat muncrat dari arah selangkangan Citra. Menyembur deras dari ujung kepala penis Ciello. Terbang begitu jauh hingga mengenai tas Citra yang ada di depannya.
"Oooohh... Ooohh... Oooohhh... Maaaa.... Cieeellloooo keeeluuuaaarrr Maaaa....." Lenguh Ciello panjang sambil tiba-tiba ambruk menimpa tubuh Citra yang ada didepannya. Lemas tak berdaya. Hingga akhirnya ia merosot jatuh kelantai.
"Ooohh... Maaamaaa..... Enak banget Maaa... Sumpah enak baaanggeet...." Racau Ciello seperti orang yang sedang mabuk. "Belahan pantat Mama memang enaaak.... Belahannya aja enak... Apalagi lubang pantatnya....? Tetek Mama juga... Super besar.... Super empuuk... Super lembut... Ciello suka Maaa... "
"Halloooo Deekk...? Hallooo....?" Suara Mike masih memanggil-manggil.
"Eh iya Mas....? Maaf tadi bu Rani main sebentar...." Jawab Citra sambil menjepit handphone dengan bahunya. "Iya... Tapi sekarang udah pulang kok.... Dia tadi cuman balikin piring..." Bohong Citra sembari mengenakan kembali celana dalamnya yang ikut-ikutan basah terkena cipratan sperma Ciello.
"Kenapa Mas....? Ciello....? Ada kok..."
"Iya Mas... Dia nakal banget.... Barusan juga Adek dinakalin ama tuh anak..."
"Tuh dia lagi tiduran dilantai....Kenapa Mas....?" Tanya Citra mondar mandir di ruang tengah. Ia terlihat sibuk mengenakan beha dan bajunya yang tadi terlepas guna membungkus tubuh indahnya lagi. Sesekali, Citra juga menyeka lelehan sperma Ciello yang masih mengalir di paha dalamnya dengan tissu.
"Kenapa Mas....? Mas mau ngomong serius ama Ciello....?"
Mendengar ibunya menyebut-nyebut dirinya, mendadak, wajah Ciello pucat pasi. Ia buru-buru bangun dan langsung mengenakan celana kolornya.
"Mati aku...." Panik Ciello, "Mama pasti bakal melaporkan perbuatan mesumku barusan ke Papa... Waduh... Gimana ini.....?"
"Ooohhh... Nanti aja ya Mas...? Jadi Adek njemput Mas dulu... Baru nanti sesampainya dirumah Mas mau ngomong ama Ciello...?"
"Hmmm.... Yaudah kalo gitu... Adek jalan dulu yaa Mass..."
"Muuuaaahhh...."
Hening. Yang ada hanya suara langkah Citra yang mondar-mandir di sekitaran ruang keluarga. Beha merahnya sudah terpasang rapi dan menerawan jelas pada kemeja sempitnya. Merapikan makeup dan rambutnya hingga kembali terlihat menawan seperti beberapa saat lalu.
Melihat raut wajah Citra yang cemberut, Ciello merasa benar-benar bersalah. Terlebih setelah ia melihat tas kesayangan ibunya, lepek karena semburan spermanya yang mengotori di hampir semua permukaan kulit tasnya. Sambil menundukkan wajah, Ciello mendekat kearah ibunya yang kebetulan sedang duduk disofa samping tempat Ciello duduk.
"Ma... Ciello minta maaf...."
Tak ada jawaban sama sekali dari Citra. Alih-alih mengucapkan sepatah kata, Ibu dua anak itu malah pergi meninggalkan Ciello. Citra masih terlihat ketus dan dingin. Sambil terus mondar-mandir, Citra tak henti-hentinya bermakeup dan bersiap diri. Hingga tiba-tiba ia berdiri tepat didepan Ciello sambil berkacak pinggang.
"Ciello....." Panggil Citra dengan nada datar. Matanya menatap tajam kearah Ciello, membuat putra kandungnya hanya bisa tertunduk ketakutan.
"I.... Iya Ma...." Jawab Ciello gugup.
"Kamu jaga rumah sampai Mama dan Papa pulang... Jangan kemana-mana... Kita bakal bicara panjang setelah Mama jemput Papamu...." Ucap Citra dengan nada datar sembari berjalan menjauh dan menghilang ke pintu garasi rumah.
Bersambung,
By: Tolrat
Kisah Keluarga Citra 6
"Karnia Prameswari..... Kemana aja kamu tadiii....? Janjian ketemuan
pagi... Nggak dateng-dateng... Ditelepon ga dijawab-jawab...? Sekalinya
ngejawab.... Eh cowo... Mana jawabnya pake suara-suara aneh lagi... Kamu
tadi sedang apa heeeh....?" Cerocos Clara tak henti-hentinya ketika
karnia tiba di gerbang sekolah. "Eh mana buku PR-ku..? Kamu nggak lupa bawa khan..? Jangan sampe bilang kamu lupa ya... Pelajaran pertama aku pelajaran Pak Surip nih... Guru killer paling nyebelin..." Tambah Clara sembari menyodorkan tangannya. Meminta buku PR yang dipinjam Karnia.
"Iya iya... Ini aku udah bawain... Tenang aja... Aku nggak lupa kok... " Jawab karnia yang buru-buru menghentikan langkahnya lalu membongkar tas sekolahnya. Kemudian ia menyerahkan selembar buku berwarna merah muda pada Clara.
"Heeeeh... Panjul... Kamu belom jawab pertanyaanku tadi... " Gerutu Clara lagi.
"Heeee...? Pertanyaan apa..?" Jawab Karnia bingung sambil kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Waaah. Pake pura-pura pikun... Tadi... Pas aku lagi nelpon kamu.... Kamu lagi apa heee....?"
"Ooohh.. Ituu.....Hehehe.. Maaf ya Say... Tadi masih nanggung... " Jawab Karnia sambil nyengir.
"Nanggung mesum....?"
"Mesum... Hihihi....Emang tadi kedengeran ya....?"
"Gimana nggak kedengeran...? Orang tadi suara kalian tuh kenceng amat...."
"Hehehe... Ya maaf deeeh.... Abisan tadi bener-bener lagi nanggung...."
"Iiiihsss..... Emang ya... Dasar wanita murahan... Ama cowo mana lagi nih...?"
"Cowo..? Idiiihhh..... Bukan keleeeuus... Itu tadi pria beristri..."
"Haaa? Serius...?" Tanya Clara kaget, "Siapa siapa...? Tadi kamu ama siapa....? Aku kenal nggak...?" Berondong Clara ingin tahu.
"Hehehe... Ada deeeh... Ntar juga kamu tau kok..."
"Ihhss... Gitu yaaa...." Sewot Clara "Sekarang... Pake rahasia-rahasiaan.... Oke... Cukup tahu aja...."
"Ceileee.... Beneran Say... Aku sekarang belom bisa kasih tahu... Ntar deh... Kalo waktunya udah tepat.... Bakalan aku beberin semuanya...."
Sejenak, Clara menatap tajam kearah sepupunya itu. Kemudian Clara menjulurkan tangannya kearah mulut Karnia.
"Itu... Dibibir kamu ada bekas apaan...?" Tanya Clara sambil mengusap sudut bibir Karnia dengan ibu jarinya, "Lendir bening ini bukan bekas pejuh khan...?"
"Eh mana...?" Tanya Karnia sambil memegang ibu jari Clara dan mendekatkan ke wajahnya.
"NYAM....." Jawab Karnia sambil melahap ibu jari Clara," Nyap... Nyap.... Sepertinyaaa.... Ini memang bekas pejuh.... Hehehehe..." Jawab Karnia spontan sambil berlari meninggalkan Clara.
TENG TENG TENG
Suara lonceng sekolah terdengar nyaring, tanda jam pelajaran akan segera dimulai.
"Iiihhss... Karniaaaaa.... Kamu tadi habis ngapain sih....? Ayo cerita doooong...." Kejar Clara sembari menyusul Karnia kedalam kelas.
***
"Bang.. Sotonya satu ya... Pake ceker..." Pinta Clara yang menjelaskan pesanannya kepada Bang Ramos, si penjual Soto di kantin sekolah, "Jangan lupa... Krupuk...Sambalnya dua sendok... Telor bulatnya dua... Ama nggak pake toge ama kubis....Trus.... "
"Di...Pi... Sah.... " Sahut Bang Ramos, seolah tahu kelanjutan kalimat Clara. "Siap Neng Ayu.... Soto special buat kembang sekolahan ini bakal segera dikirim ke meja.... Neng Karnia juga...?"
"Enggak Bang... Bosen... Hari ini aku mau pesen siomay...."
"Hai Clara...." Sapa Nano, cowo idaman cewe-cewe seangkatan Clara yang tiba-tiba muncul sambil membawa semangkok soto Bang Ramos pesanan Clara. "Ini soto pesanan kamu...."
"Looohh.. Ehh... Kak Nano.... " Jawab Clara malu-malu, "Kok malah kakak yang nganter soto aku...?"
"Hehehe... Nggak apa-apa kok.... Itung-itung sembari aku ngunggu pesenan soto aku juga..." Jawab Nano sambil tersenyum manis.
"Waah... Kak Eno juga sampe repot-repot bawain minum segala..."
"Eh iya dong... Sekali-sekali..." Jawab Eno.
"Ngg... Clara... Boleh khan aku ama Eno duduk disini sekalian...?"
"Hmmm... Boleh sih.... Cuman nanti kalo cewe Kakak-kakak sekalian ngelihat gimana...?"
"Cewe aku...? Cewe yang mana...?" Tanya Nano dan Eno hampir bersamaan, sambil celingukan mencari tahu kondisi sekitar,
"Ya nggak tau... Kali aja ada yang lagi PDKT..."
"Ahh... Biarin aja.... Toh aku khan belom punya cewe..." Jawab Nano.
"Jadi gimana nih...? Boleh ya duduk disini...?" Sahut Eno.
"Iyaaa... Nggak apa-apa kok Kak.... " Jawab Karnia yang nyeletuk sembari membawa sepiring siomay, " Clara mah ngijinin aja....".
Tak lama, meja tempat Clara dan Karnia segera saja dipenuhi oleh canda dan gelak tawa. Sifat mudah bergaul yang dimiliki kedua sepupu itu memang membuat siapa saja selalu betah jika berbincang dengan mereka.
Clara yang memiliki tubuh mungil dengan ditunjang oleh kecantikan dan keseksiannya, selalu menjadi magnet bagi teman pria yang ada disekitarnya. Begitu pula dengan Karnia, yang tak kalah cantik dengan Clara, juga selalu menjadi idola oleh kaum adam dimanapun ia berada. Dan karena ketenaran keduanya, banyak teman wanita Clara dan Karnia yang iri bahkan syirik pada mereka.
BRRRAAAAAKKKKKK....
"HEEH... TOGE PASAR MURAHAN.... " Bentak Rini Asmarani, kakak kelas Clara dikelas 3 yang tiba-tiba datang bersama Susi, Yani dan Mirza, teman-teman gengnya. "Nggak ada kapok-kapoknya ya kamu ngegodain cowo orang...."
Bukan rahasia lagi, jika Clara yang menjadi idola para pria di sekolahan itu, selalu dibuat risih oleh banyak teman wanitanya. Tak terkecuali oleh Rini, yang entah mengapa selalu merasa tersaingi oleh Clara dalam segala hal. Semenjak Clara menginjakkan kaki di sekolahan ini, Rini selalu mengganggu ketenangannya. Dan sudah tak terhitung lagi, berapa kali mereka berdua selalu saling hina, beradu argumen, bahkan beradu jotos karena perselisihannya.
"Ngegodain...?" Bingung Clara.
"Udaaah... Nggak usah mungkir.... Kalo lo nggak ngegodain... Mana mau si Nano ama Eno bakal sudi duduk mojok disitu ama lo...?"
"Loooh...? Kak Nano ama Kak Eno duduk disini juga bukan aku yang ngajak kok...." Jawab Clara santai sembari meneruskan menyantap makanannya, "Mereka mau duduk disini karena kepengenan mereka sendiri kok..."
"Wuidiiihhh.... Berani ngeles juga rupanya ini Toge..." Sinis Rini tak terima
"Rini.... Kamu apa-apaan sih....?" Sergah Nano yang kemudian berusaha melerai pertikaian kedua gadis belia ini, "Udah ah... Malu tuh diliatin orang-orang...."
"Bodo.... Jadi gara-gara ini cewe Toge... Lo udah nggak mau lagi makan siang ama gw...?" Tanya Rini dengan nada sewot.
"Apaan sih Rin....?"
"Karnia... Kita pindah aja yuk..." Ajak Clara yang buru-buru bangun dari duduknya.
"HEEEH.... LONTE... Mau kemana lo...? Jangan pura-pura kabur lo ya..." Geram Rini.
"Yuk Say.... Aku juga udah mau muntah nih... Tiap hari kok ada yang ngajakin berantem mulu... Kaya nggak bosen-bosen...." Sahut Karnia.
"Waahh... Ngelunjak ini DUO LONTE.... Jadi bikin gw makin eneg aja nih... Berulang-ulang kali dibilangin... Masih aja si Lonte-Lonte ini ngedeketin..."
"Sssttt. Udah-udah... " Lerai Eno yang juga berusaha meredakan emosi gadis-gadis ini.
"Heeeehh... JAGA ya bacot lo..." Bentak Karnia yang tak terima mereka berdua dihina Rini seperti itu.
"Yeeee.... Saudara Se-Lontenya marah..." Ejek Rini, "Kenapa....? Lo nggak terima sodara Toge lo itu gw hina...? Baru punya tetek palsu aja udah sombong... Huh..."
"Emang... Kalo tetek sodara gw gedhe kenapa...? Lo iri khan....?" Celetuk Karnia,
"Ngapain juga iri....? Tetek sumpelan gitu aja iri...?"
"Idihh... Sumpelan....? Sorry ya... Tetek Clara mah asli...." Bela Karnia lagi, "Emang kaya tetek lo... Udah abis banyak obat perangsang... Tapi nggak bisa segedhe tetek Clara....?"
"Ehhh... ANJING LO ya... Maksud lo apaan....?" Bentak Rini yang kemudian mendorong tubuh Karnia mundur. Karena dibelakang Karnia masih ada bangku kantin, otomatis gadis cantik itu terjerembab ke belakang. Terjatuh dalam posisi terlentang. Dan karena Karnia tak mampu menjaga kedua kakinya untuk selalu tertutup, paha putih mulus dan selangkangan Karnia yang tak bercelana dalam dapat terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang berkerumun disekitarnya.
"Woooowww... Gundul Booo....Hahaha...." Tawa Rini dan gengnya sambil menunjuk-nunjuk kearah selangkangan Karnia, "Tuuh... Kebukti khaan.... LONTE... Kalo kemana-mana nggak pernah pake celana dalem... Hahaha.... "
"Astaga... Karnia...." Pekik Clara yang buru-buru menolong saudara sepupunya itu, "Rini... Apa-apaan sih Lo...? Sumpah... Lo keterlaluan banget...." Bentak Clara yang gantian mendorong tubuh Rini hingga terdorong menabrak pagar kantin dengan kencang sebelum buru-buru menolong Karnia.
Dengan sigap Clara membetulkan rok Karnia yang masih tersingkap lalu membantu sepupunya itu berdiri kembali..
"Wuih... ANJING...! Si LONTE nggak terima...?" Tantang Rini yang kemudian meraih mangkuk soto yang ada didepannya dan melemparkannya kearah Clara.
BLUGH.... PRAK... KLONTANG.... PRANG....
Mangkuk soto itu mendarat tepat di badan Clara, menumpahkan kuah panas kedepan payudara besarnya sebelum jatuh dan pecah berkeping-keping ketika mendarat ke ubin kantin.
"Aduh... Panas... Panas...." Teriak Clara histeris, sambil mengibas-kibaskan tangannya ke arah payudaranya, "Aduh... Panas... PANAASSS...."
Karnia yang melihat sepupunya itu kesakitan, tanpa berpikir panjang segera saja menyiram bagian payudara Clara dengan dua gelas es teh yang ada didekatnya. Namun, sepertinya sia-sia. Karena Clara masih tetap saja mengibaskan tangannya karena kepanasan. Kuah panas soto itu tak dapat dengan mudah luruh dari tubuh Clara.
Akhirnya, tanpa berpikir panjang. Karnia segera membuka paksa baju seragam Clara dengan cara membredel kancing-kancing depannya.
BREET... BREEET... BREEEETTTT....
"Buka bajumu Clara...." Perintah Karnia yang segera saja diturutin Clara..."Buruan... Buka sebelum kulitmu melepuh..."
Entah karena merasakan panas yang amat sangat, Clara dan Karnia sama sekali tak memikirkan dengan apa yang sedang mereka lakukan. Yang jelas, Clara ingin panas yang ada di badannya dapat segera mereda.
Dan setelah Clara membuka bajunya, tiba-tiba, suasana di kantin terasa begitu sunyi.
Karena semua mata, tertuju ke tubuh molek Clara sudah tak berseragam sama sekali.
"Woooowww.... Suuiiitt... Suiiitttt..."
"Toge Pasar... Toket Gedhe Pantat Besaar..."
"Anjiiirrrr.... Seksi sekali kamu Clara...."
"Busyeeeett dah itu teeeteeeekkk.... Kaya mau loncat gitu...."
"Itu asli nggak sih...? Badan sekurus itu kok punya toket yang gedheee beeeneeerrr...."
"Waaahh... Tetek Clara bisa dijadiin bahan coli tuuuhh.... Sekel abiiiisss...."
"Bener coiy... Toket gedhe Clara bisa dipake nyelipin kontol tuhh..."
"Waah... Ngocok-kocok kontol pake belahan toket Clara seru juga kali ya...?"
"Kebanyakan diremes om-om kali tuuuhh... Jadi teteknya bisa gedhe gitu...?"
Puluhan komentar kagum dan juga mesum, terlontar tanpa henti ketika melihat kemolekan tubuh Clara yang hanya mengenakan bra berwarna kuning itu. Dengan tubuh ramping, kulit yang putih mulus, dan payudaranya yang ekstra besar, membuat Clara seketika menjadi obyek pelampiasan mata-mata mesum para lelaki. Bahkan, tak sedikit diantara mereka yang malah mengambil photo Clara dari berbagai sudut.
"CLARA... KARNIA... ADA APA INI....?" Suara berat Pak Darmanto, guru olahraga yang tiba-tiba terdengar lantang, meredam keriuhan celoteh siswa-siswanya.
"Nggak ada kapok-kappoknya ya kalian ini berantem mulu.... " Sahut bu Mirna, guru BP menimpali.
"Ituh Bu... Si Lonte Clara dan Karnia ngajak ribut...." Ucap Rini spontan sembari menunjuk kearah kedua saudara itu. "Mereka kegatelan Bu... Ngegodain cowo orang...."
"Lonte lonte.... Lo yang Lonte...." Balas Karnia tak terima.
"Sssshhh.... RINI... CLARA... KARNIA.... Udah-udah... Ayo kalian ikut kekantor...."
"Nano Eno....Kalian juga..." Tambah Bu Mirna
"Loooh... Bu...? Kok saya juga ikut dibawa-bawa...?" Celetuk Rini tak terima.
"Udaaah.... Jangan protes... Nanti kalian semua jelasin di kantor.
"Huuuuuuuu..... " Sorak sorai siswa pun segera bergemuruh, seolah tak setuju dengan keputusan guru BP itu, "Wah Pak Manto ngeganggu pertunjukan ajaaa.... Ga seruuuuu....."
"Iya Niiiihh... Reseeee....." Sahut siswa yang lain.
***
"Oke.... Setelah mendengar penjelasan para saksi mata... Bapak putuskan jika Rini... " Ucap Pak Darmanto sengaja memotong kalimatnya, "Kamu ganti seragam Clara...."
"Loh Pak...? Khan yang nyobek seragam LONTE itu Karnia...."
BRAK
"Rini...! Jaga mulutmu.... Nggak sepantasnya wanita secantik kamu berkata seperti itu..." Hardik Bu Mirna sambil menggebrak meja.
"Memang dia Lonte kok... Kenapa aku harus jaga mulutku..?"
"RINIIIII....." Emosi Bu Mirna meluap, "Kamu tuh ya... "
"Kenapa....? Ibu nggak suka...?"
"Kamu memang bener-bener ya...? Harus berapa kali sih Ibu harus kasih kamu pelajaran sampai kamu bisa jaga mulutmu...?"
"Udah...Bu.... Sabar... " Ucap Pak Manto mencoba menenangkan emosi guru BP itu. "Pokoknya bapak nggak mau tau... Besok... Kamu harus bawa baju pengganti buat Clara... Kalau tidak... Bapak bakal panggil orang tuamu..." ucap Pak Manto sambil melirik kearah Clara.
"Ahhh.... Pilih kasih...." Jawab Rini sambil bersungut-sungut, "Bapak sekarang udah beda.... Bapak udah nggak sayang lagi ama Rini...." Sambung gadis muda itu sambil bangkit dari kursi UKS.
"Looh.... Bukan begitu Rini..." Sahut Pak Manto berusaha adil
"Ahh....Bapak jahat... Aku sumpahin kontol bapak mengkerut... Mengecil selamanyaaa...." Teriak Rini sambil berlari menjauh.
"Astaga nih anaaak.....RIIINNNIIIIII.....!" Teriak Bu Mirna sambil menyusul Rini keluar ruangan.
"Bu Mirna... Ini Clara bagaimana....?" Tanya Pak Manto bingung.
"Udah Pak... Bapak urus aja dulu..." Sahut Bu Mirna, "Biar saya yang menenangkan Rini..."
"Hmmm... Yaudah deh kalo gitu... Nano Eno ...Sekarang kalian balik aja ke kelas... Jam istirahat udah selesai..."
"Baik Pak...."
***
"Kamu baik-baik saja Clara...?" Tanya Pak Manto sambil melirik kearah payudara Clara.
"Iya Pak... Saya nggak apa-apa kok..." Jawab Clara yang mencoba untuk bangkit dari posisi tidurnya.
"Udah... Udah... Kamu jangan bangun dulu..." Cegah Pak Manto sembari menahan pundak Clara untuk tetap tiduran di tempat tidur, "Kamu istirahat aja dulu sampe badan kamu bener-bener kuat..." Pintanya lagi sambil bergegas ke lemari obat dan kembali ke tempat tidur Clara.
"Sebentar... Mana tadi yang luka...? Berdarah nggak...? Sakit nggak....?" Tanya Pak Manto sambil berpura-pura mengecek luka Clara. Padahal sudah jelas, Clara tak terluka sama sekali. Yang ada hanyalah kulit area payudara Clara yang melepuh karena ketumpahan kuah panas soto. "Bapak obatin dulu ya...?"
"Eeeh... Nggak usah Pak... Clara bisa obatin sendiri kok..."
"Heeeh... Jangan sembarangan ah... Ini bukan luka ringan loh... Kalo kamu salah oles... Bisa makin perih ini lukanya...." Jelas Pak Manto sambil mulai membuka tutup salep itu dan membalurkan ke perut Clara.
Rasa dingin, langsung saja menyebar di sekujur kulit perutnya. Dengan gerakan berputar, Pak Manto berusaha mengobati rasa panas yang ada tubuh Clara. Dari perut, perlahan naik ke payudara.
"Hmmm.... " Ucap Pak Manto seolah berpikir keras, "Sepertinya... Behamu cukup ngeganggu deh... Ayo buka gih..." Pinta Pak Manto
"Hah...? Saya harus buka beha....?"
"Iya... Kalo nggak dibuka... Gimana bapak bisa ngobatin lukamu...?"
"Nnggg... Tapi Pak..."
"Uudaaah... Nggak usah malu... Bapak juga punya anak perempuan seusiamu kok... Jadi Bapak udah seringlah liat tetek perempuan...." Rayu Pak Manto.
"Tapi Pak... Ngggg... Beneran deh... Saya bisa ngobatin sendiri kok Pak..."
"Udah-udah... Ayo buruan buka...." Pinta Pak Manto bersikeras sambil menurunkan sebelah tali bra Clara, "Nggak apa-apa ini.... Ayo... Nanggung ah kalo bapak ngobatinnya sampe disini aja.... Udah keburu kotor ini tangan bapak..."
Melihat keteguhan hati guru olahraga yang berbadan besar itu, Clara bergidik juga. Ia khawatir jika Pak Manto bakal tersinggung dan marah karena penolakannya. Akhirnya, sambil memiringkan tubuhnya, Clara pun berusaha melepas kait bra di punggungnya.
"Ssshhhh..." Rintih Clara tiba-tiba karena merasakan sakit pada payudaranya. Ia tak menyangka jika luka melepuh di payudaranya sudah mulai berasa seperti ini.
"Tuuhhh.... Sakit khan....?" Celetuk Pak Manto ketika melihat gadis cantik itu meringis-meringis nyeri. "Sini... Bapak coba bantu bukain kait behanya...." Tambah guru olahraga itu sembari meraih kaitan bra Clara. Dan, tak beberapa lama kemudian, payudara bulat Clara sudah terpampang jelas tanpa sebuah penghalang sedikitpun.
"Naaah... Begini khan enak...." Jawab Pak Manto sembari menatap tajam kearah payudara besar Clara, "Bapak obatin ya...?"
Tanpa meminta persetujuan Clara, Pak Manto segera mengusap bawah payudara Clara pelan.
"Nggg..... Pak...."
"Kenapa....? Tahan bentar ya... Sakitnya pasti akan segera hilang...." Ucap Pak Manto sembari mengusapi naik ke arah puting payudara Clara.
"Sshhh.... Nggg...."
"Gimana...? Enak ya...?"
"Nnnnggg... Dingin Pak...."
"Iyalah emang dingin... Namanya juga dibalur salep...."
Melihat Clara yang masih diam saja ketika menerima sentuhan tangan kasarnya, Pak Manto pun semakin meremas perlahan payudara Clara. Membuat puting payudaranya semakin mengeras.
"Ooh.... Sssshh... Pak...."
"Hmmmm.... Putingmu mulai mengeras ya Clara...? Kenapa....? Kamu malu ya....?"
"Udah ya Pak..."
"Sssttt.... Ini salep belum meresap... Sebentar lagi...."
"Geli Pak...."
"Iya... Bapak tahu..." Ucap Pak Manto dengan nafas yang semakin memburu sembari terus mencubiti puting payudara Clara, "Ohh Clara... Bagus banget ini tetekmu... Bentuknya bulat sempurna... Empuk...." Puji Pak Manto sembari berulang kali menarik nafas panjang, "Ini aseli khan ya...? Tetekmu bisa sebesar ini bukan karena obat-obatan....?"
"Ngg... Iya Pak... Asli....."
"Waaah.... Pasti tetek ini kamu dapet dari mama kamu ya Clara....?" Tanya Pak Manto yang tak hentinya meremas dan menyentil puting payudara Clara yang semakin mancung.
"Sssh... Nggg. Iya Pak.... Oooohh...."
"Hehehe... Tahan bentar ya.... Bentar lagi pasti enak kok...." Ucapnya lirih, dengan tangan yang tanpa malu-malu membetulkan posisi selangkangannya, "Ini putting kok bisa berwarna pink gini ya.... Bikin bapak gemes pengen ngenyot...." Tambah pak Manto yang mulai memonyongkan bibirnya dan mendekat ke arah kuncup payudara Clara.
"Ooohh... Jangan Paaak..." Sergah Clara sembari menjauhkan wajah Pak Manto dar payudaranya.
"CLARA... Ini bajunya udah dapeet..." Teriak Karnia yang menghambur ke dalam ruangan UKS.
"Waah... Karnia udah dateng...." Kata Pak Manto seolah lega ketika sepupu Clara sudah tiba di UKS, " Sini... Sini.... Karnia... Kebetulan banget kamu udah disini... Ini tolong dong kamu obatin tetek saudaramu... Bapak mau nulis laporan dulu..." Kata Pak Manto sembari menyerahkan salep luka ke tangan Karnia.
Buru-buru, Pak Manto berjalan menuju meja kayu yang ada disamping tempat tidur Clara. Kemudian ia duduk sambil tersenyum ke arah Clara. Tak beberapa lama, terdengar suara metal berdenting dibalik meja Pak Manto. Mirip suara kepala gesper.
"Ayo Karnia.... Buruan kamu obatin tetek Clara... Kasihan loh kalo kulit mulus Clara nanti sampe jadi belang...." Pinta Pak Manto.
"Eh iya Pak..." Jawab Karnia singkat, "Begini...?"
"Iyak bener.... Bener... Iya terus seperti itu... Ngolesinnya sambil diputar-putar ya.... " Pinta Pak Manto lagi berusaha menginstruksi. " Naah... Karnia... Sekarang remas-remas tetek Clara.... Biar salepnya cepet meresap kedalam kulit..."
Merasakan usapan tangan lembut Karnia pada payudaranya, otomatis membuat Clara sedikit demi sedikit mulai terangsang. Terlebih dengan adanya Pak Manto yang menatapi kedua payudara besarnya, membuat penyakit pamernya semakin menjadi-jadi.
"Sssh.... Karnia....Pelan-pelan..." Lenguh Clara pelan sambil meringis-meringis kesakitan.
"Tahan ya Clara... Tahan bentar... "
"Nggghhhh.... Iya Paak.... Shhh.....Ehhmmmhhh...."
"Tahan Clara... Tahaan... Biar tetek besarmu nggak kenapa-napa..." Jawab Pak Manto dengan nada berat. "Putingnya juga Karnia... Itu diobatin juga... Kasihan Clara kalo warna putingnya yang pink berubah menjadi hitam... "Tambah guru olahraga itu dengan badan yang entah kenapa mulai bergoyang-goyang.
"Clara...." Cole Karnia pada payudara Clara.
Mata Clara melotot, mencoba menjawab colekan Karnia.
"Tangan kiri Pak Manto nggak ada di meja...." Bibir Karnia komat-kamit tanpa suara.
"Serius...?" Jawab Clara dengan bibir berkomat-kamit pula, "Emang kemana...?"
"Pasti ada dibawah meja.... Buat ngocok kontolnya..."
Penasaran, Clara melirik kearah Pak Manto. Dan benar, tangan kiri guru olahraga itu tak terlihat. Diatas meja hanya ada tangan kanannya yang terlihat seolah-olah sedang menulis laporan. Taplak meja UKS yang panjang, mampu menutup aktifitas mesumnya dengan sempurna.
"Pak Manto pasti horny liat tetekmu..." Seru Karnia yang tiba-tiba meremas pelan payudara Clara.
"Nggg.... Aaaaww...." Rintih Clara kesakitan.
"Eeeh... Pelan-pelan Karnia.... Kasihan dikit dong sama tetek Clara...." Celetuk Pak Manto sok peduli, "Pasti ngilu tuh tetek...."
"Uppss.... Maaf ya sayang...."
"Karnia... Biar Clara nggak semakin kesakitan.... Coba deh kamu pilin-pilin itu putingnya...."
"Begini....? Pak...?" Jawab Karnia menuruti.
"Sssh... Ooohhh... Karniaa...." Lenguh Clara pelan.
"Iya Benaaar... Trus... Diremas-remas juga...." Pinta Pak Manto
"Diremas-remas.... Seperti... Ini...?" Tanya Karnia sembari mempermainkan payudara besar saudaranya. Membolak-balik payudara mulus itu bak adonan roti.
"Uuuuhhhh... Pelan-pelan Kaaarr.... Eeehhhmmm.... Ooohh...."
"Tahan ya Sayang... Ini demi kesembuhanmu...." Celetuk Karnia sembari terus meremasi payudara Clara sembari mencubiti putingnya yang semakin mancung mengeras.
"Oooh... oooh... Sssshhh... Karnia... Geli.... Sssshhh...."
Tak puas dengan hanya menggoda payudara Clara, Karnia pun melakukan sesuatu yang tak pernah Clara bayangkan sebelumnya. Karnia tiba-tiba menangkap kedua pergelangan tangan Clara, mencegahnya supaya tak banyak bergerak. Setelah itu,
CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Ooohh... Karniaaa... Sssh..." Jerit Clara tiba-tiba sambil meronta-ronta, " Ngiluuu Kaar... Ngiluuu.... "
Namun, karena badan Karnia lebih besar daripada Clara, rontaannya sama sekali tak berguna. Hanya membuat payudaranya semakin bergoyang kesana kemari. Karena geli, kedua kaki Clara juga menghentak-hentak, hingga rok seragamnya semakin naik dan menamkakkan kedua paha putih mulusnya.
SLUUURRP CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Wwoooww... Kalian berdua benar-benar seksi sekali....Ooohh...." Pinta Pak Manto kegirangan antara melihat jilatan lidah Karnia pada payudara Clara, lenguhan kenikmatan Clara, dan keseksian paha mulus Clara. Segera saja, tubuh guru olahraga itu terlihat makin bersemangat. Tangan kirinya bergoyang-goyang hebat disertai suara betotan kulit, seperti yang pernah Clara dengar ketika melihat saudaranya Ciello beronani
TEK TEK TEK TEK...
"Ooohh... Karniaaa... Tetek aku ngiluuu.... Geli Kaaar... Ngiluuu.... Ssshh...." Rintih Clara sembari terus meronta tanpa henti. Sampai-sampai sprei dipan UKS itu teracak-acak terlepas dari tempatnya.
"Yak... Yak.... Ooohh... Terus Karnia... Terus.... Jilat terus tetek besar Clara itu ... Jilat teruus... "
TEK TEK TEK TEK..
"Uuuhh... Karnia... Ngilu Kaar..... Ampunn... Jangan jilat putingku seperti itu laagiii... Ngiluu... Ooohh... Ampuuunn.. Tetek aku ngiluuu...." Lenguh Clara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
TEK TEK TEK TEK..
"Terus Kaarniaaa.... Ooohh... Jilat... Supaya Clara tak merasa kesakitan..." Jawab Pak Manto sembari terus menggoyang-goyangkan tangan kirinya dengan gerakan yang lebih cepat daripada sebelumnya. Jauh lebih cepat dari sebelumnya.
TEK TEK TEK TEK..
"Ooohh.. Ohh... Jilat terus tetek itu Karnia... Hisaap..." Seru Pak Manto girang sambil terus-terusan menggoyangkan tangan kirinya kuat-kuat. Hingga tak lama kemudian, guru olahraga itu melenguh panjang sambil memejamkan mata.
CRET CRET CREECEEET CRET CRET...
Tiba-tiba, dari balik kain taplak meja UKS itu, menetes turun lelehan-lelehan lendir berwarna keputihan dan menggenang di lantai dibawah meja. Tubuh Pak Manto bergetar hebat dengan nafasnya memburu.
Sejenak, suasana UKS itu hening. Hanya terdengar desahan nafas kepuasan Pak Manto dan lenguhan kenikmatan Clara.
"Karnia.... Ngiluu....." Rintih Clara pelan.
"Sssttt.... Pak Manto udah ngecrot tuh...." Bisik Karnia pelan sambil melepaskan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Clara, "Udah yuk... Kita buru-buru cabut..."
"Cabut sih cabut... Tapi tetek aku ngilu bangeeet...."
"Hehee... Maaf... Yuk ah... mumpung tua bangka itu masih terlena dalam khayalannya...."
Karnia segera menyerahkan baju seragam baru buat Clara.
"Eh... Trus beha aku gimana...?" Tanya Clara bingung.
"Udaaah... Sementara nggak usah pake bra... " Saran Karnia sambil mengangkat punggung Clara dari dipan UKS itu pelan. Berusaha tak membunyikan suara sedikitpun. "Yang penting sekarang keluar dulu dari sini... "
"Tapi aku takut kalo nanti Pak Manto malah marah..."
"Marah...?"
"Iya.... Kalo dia tahu kita ternyata udah kabur...."
"Nggak bakalan.... Dia nggak bakalan marah...."
"Kok kamu yakin...?"
"Hehehe... Aku sudah punya kartu mati buat dia..." Tutup Karnia sambil menyunggingkan senyum terlicik yang pernah tak pernah Clara lihat sebelumnya.
Bersambung.
By : Tolrat.
karnia tiba di gerbang sekolah. "Eh mana buku PR-ku..? Kamu nggak lupa bawa khan..? Jangan sampe bilang kamu lupa ya... Pelajaran pertama aku pelajaran Pak Surip nih... Guru killer paling nyebelin..." Tambah Clara sembari menyodorkan tangannya. Meminta buku PR yang dipinjam Karnia.
"Iya iya... Ini aku udah bawain... Tenang aja... Aku nggak lupa kok... " Jawab karnia yang buru-buru menghentikan langkahnya lalu membongkar tas sekolahnya. Kemudian ia menyerahkan selembar buku berwarna merah muda pada Clara.
"Heeeeh... Panjul... Kamu belom jawab pertanyaanku tadi... " Gerutu Clara lagi.
"Heeee...? Pertanyaan apa..?" Jawab Karnia bingung sambil kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Waaah. Pake pura-pura pikun... Tadi... Pas aku lagi nelpon kamu.... Kamu lagi apa heee....?"
"Ooohh.. Ituu.....Hehehe.. Maaf ya Say... Tadi masih nanggung... " Jawab Karnia sambil nyengir.
"Nanggung mesum....?"
"Mesum... Hihihi....Emang tadi kedengeran ya....?"
"Gimana nggak kedengeran...? Orang tadi suara kalian tuh kenceng amat...."
"Hehehe... Ya maaf deeeh.... Abisan tadi bener-bener lagi nanggung...."
"Iiiihsss..... Emang ya... Dasar wanita murahan... Ama cowo mana lagi nih...?"
"Cowo..? Idiiihhh..... Bukan keleeeuus... Itu tadi pria beristri..."
"Haaa? Serius...?" Tanya Clara kaget, "Siapa siapa...? Tadi kamu ama siapa....? Aku kenal nggak...?" Berondong Clara ingin tahu.
"Hehehe... Ada deeeh... Ntar juga kamu tau kok..."
"Ihhss... Gitu yaaa...." Sewot Clara "Sekarang... Pake rahasia-rahasiaan.... Oke... Cukup tahu aja...."
"Ceileee.... Beneran Say... Aku sekarang belom bisa kasih tahu... Ntar deh... Kalo waktunya udah tepat.... Bakalan aku beberin semuanya...."
Sejenak, Clara menatap tajam kearah sepupunya itu. Kemudian Clara menjulurkan tangannya kearah mulut Karnia.
"Itu... Dibibir kamu ada bekas apaan...?" Tanya Clara sambil mengusap sudut bibir Karnia dengan ibu jarinya, "Lendir bening ini bukan bekas pejuh khan...?"
"Eh mana...?" Tanya Karnia sambil memegang ibu jari Clara dan mendekatkan ke wajahnya.
"NYAM....." Jawab Karnia sambil melahap ibu jari Clara," Nyap... Nyap.... Sepertinyaaa.... Ini memang bekas pejuh.... Hehehehe..." Jawab Karnia spontan sambil berlari meninggalkan Clara.
TENG TENG TENG
Suara lonceng sekolah terdengar nyaring, tanda jam pelajaran akan segera dimulai.
"Iiihhss... Karniaaaaa.... Kamu tadi habis ngapain sih....? Ayo cerita doooong...." Kejar Clara sembari menyusul Karnia kedalam kelas.
***
"Bang.. Sotonya satu ya... Pake ceker..." Pinta Clara yang menjelaskan pesanannya kepada Bang Ramos, si penjual Soto di kantin sekolah, "Jangan lupa... Krupuk...Sambalnya dua sendok... Telor bulatnya dua... Ama nggak pake toge ama kubis....Trus.... "
"Di...Pi... Sah.... " Sahut Bang Ramos, seolah tahu kelanjutan kalimat Clara. "Siap Neng Ayu.... Soto special buat kembang sekolahan ini bakal segera dikirim ke meja.... Neng Karnia juga...?"
"Enggak Bang... Bosen... Hari ini aku mau pesen siomay...."
"Hai Clara...." Sapa Nano, cowo idaman cewe-cewe seangkatan Clara yang tiba-tiba muncul sambil membawa semangkok soto Bang Ramos pesanan Clara. "Ini soto pesanan kamu...."
"Looohh.. Ehh... Kak Nano.... " Jawab Clara malu-malu, "Kok malah kakak yang nganter soto aku...?"
"Hehehe... Nggak apa-apa kok.... Itung-itung sembari aku ngunggu pesenan soto aku juga..." Jawab Nano sambil tersenyum manis.
"Waah... Kak Eno juga sampe repot-repot bawain minum segala..."
"Eh iya dong... Sekali-sekali..." Jawab Eno.
"Ngg... Clara... Boleh khan aku ama Eno duduk disini sekalian...?"
"Hmmm... Boleh sih.... Cuman nanti kalo cewe Kakak-kakak sekalian ngelihat gimana...?"
"Cewe aku...? Cewe yang mana...?" Tanya Nano dan Eno hampir bersamaan, sambil celingukan mencari tahu kondisi sekitar,
"Ya nggak tau... Kali aja ada yang lagi PDKT..."
"Ahh... Biarin aja.... Toh aku khan belom punya cewe..." Jawab Nano.
"Jadi gimana nih...? Boleh ya duduk disini...?" Sahut Eno.
"Iyaaa... Nggak apa-apa kok Kak.... " Jawab Karnia yang nyeletuk sembari membawa sepiring siomay, " Clara mah ngijinin aja....".
Tak lama, meja tempat Clara dan Karnia segera saja dipenuhi oleh canda dan gelak tawa. Sifat mudah bergaul yang dimiliki kedua sepupu itu memang membuat siapa saja selalu betah jika berbincang dengan mereka.
Clara yang memiliki tubuh mungil dengan ditunjang oleh kecantikan dan keseksiannya, selalu menjadi magnet bagi teman pria yang ada disekitarnya. Begitu pula dengan Karnia, yang tak kalah cantik dengan Clara, juga selalu menjadi idola oleh kaum adam dimanapun ia berada. Dan karena ketenaran keduanya, banyak teman wanita Clara dan Karnia yang iri bahkan syirik pada mereka.
BRRRAAAAAKKKKKK....
"HEEH... TOGE PASAR MURAHAN.... " Bentak Rini Asmarani, kakak kelas Clara dikelas 3 yang tiba-tiba datang bersama Susi, Yani dan Mirza, teman-teman gengnya. "Nggak ada kapok-kapoknya ya kamu ngegodain cowo orang...."
Bukan rahasia lagi, jika Clara yang menjadi idola para pria di sekolahan itu, selalu dibuat risih oleh banyak teman wanitanya. Tak terkecuali oleh Rini, yang entah mengapa selalu merasa tersaingi oleh Clara dalam segala hal. Semenjak Clara menginjakkan kaki di sekolahan ini, Rini selalu mengganggu ketenangannya. Dan sudah tak terhitung lagi, berapa kali mereka berdua selalu saling hina, beradu argumen, bahkan beradu jotos karena perselisihannya.
"Ngegodain...?" Bingung Clara.
"Udaaah... Nggak usah mungkir.... Kalo lo nggak ngegodain... Mana mau si Nano ama Eno bakal sudi duduk mojok disitu ama lo...?"
"Loooh...? Kak Nano ama Kak Eno duduk disini juga bukan aku yang ngajak kok...." Jawab Clara santai sembari meneruskan menyantap makanannya, "Mereka mau duduk disini karena kepengenan mereka sendiri kok..."
"Wuidiiihhh.... Berani ngeles juga rupanya ini Toge..." Sinis Rini tak terima
"Rini.... Kamu apa-apaan sih....?" Sergah Nano yang kemudian berusaha melerai pertikaian kedua gadis belia ini, "Udah ah... Malu tuh diliatin orang-orang...."
"Bodo.... Jadi gara-gara ini cewe Toge... Lo udah nggak mau lagi makan siang ama gw...?" Tanya Rini dengan nada sewot.
"Apaan sih Rin....?"
"Karnia... Kita pindah aja yuk..." Ajak Clara yang buru-buru bangun dari duduknya.
"HEEEH.... LONTE... Mau kemana lo...? Jangan pura-pura kabur lo ya..." Geram Rini.
"Yuk Say.... Aku juga udah mau muntah nih... Tiap hari kok ada yang ngajakin berantem mulu... Kaya nggak bosen-bosen...." Sahut Karnia.
"Waahh... Ngelunjak ini DUO LONTE.... Jadi bikin gw makin eneg aja nih... Berulang-ulang kali dibilangin... Masih aja si Lonte-Lonte ini ngedeketin..."
"Sssttt. Udah-udah... " Lerai Eno yang juga berusaha meredakan emosi gadis-gadis ini.
"Heeeehh... JAGA ya bacot lo..." Bentak Karnia yang tak terima mereka berdua dihina Rini seperti itu.
"Yeeee.... Saudara Se-Lontenya marah..." Ejek Rini, "Kenapa....? Lo nggak terima sodara Toge lo itu gw hina...? Baru punya tetek palsu aja udah sombong... Huh..."
"Emang... Kalo tetek sodara gw gedhe kenapa...? Lo iri khan....?" Celetuk Karnia,
"Ngapain juga iri....? Tetek sumpelan gitu aja iri...?"
"Idihh... Sumpelan....? Sorry ya... Tetek Clara mah asli...." Bela Karnia lagi, "Emang kaya tetek lo... Udah abis banyak obat perangsang... Tapi nggak bisa segedhe tetek Clara....?"
"Ehhh... ANJING LO ya... Maksud lo apaan....?" Bentak Rini yang kemudian mendorong tubuh Karnia mundur. Karena dibelakang Karnia masih ada bangku kantin, otomatis gadis cantik itu terjerembab ke belakang. Terjatuh dalam posisi terlentang. Dan karena Karnia tak mampu menjaga kedua kakinya untuk selalu tertutup, paha putih mulus dan selangkangan Karnia yang tak bercelana dalam dapat terlihat dengan jelas oleh orang-orang yang berkerumun disekitarnya.
"Woooowww... Gundul Booo....Hahaha...." Tawa Rini dan gengnya sambil menunjuk-nunjuk kearah selangkangan Karnia, "Tuuh... Kebukti khaan.... LONTE... Kalo kemana-mana nggak pernah pake celana dalem... Hahaha.... "
"Astaga... Karnia...." Pekik Clara yang buru-buru menolong saudara sepupunya itu, "Rini... Apa-apaan sih Lo...? Sumpah... Lo keterlaluan banget...." Bentak Clara yang gantian mendorong tubuh Rini hingga terdorong menabrak pagar kantin dengan kencang sebelum buru-buru menolong Karnia.
Dengan sigap Clara membetulkan rok Karnia yang masih tersingkap lalu membantu sepupunya itu berdiri kembali..
"Wuih... ANJING...! Si LONTE nggak terima...?" Tantang Rini yang kemudian meraih mangkuk soto yang ada didepannya dan melemparkannya kearah Clara.
BLUGH.... PRAK... KLONTANG.... PRANG....
Mangkuk soto itu mendarat tepat di badan Clara, menumpahkan kuah panas kedepan payudara besarnya sebelum jatuh dan pecah berkeping-keping ketika mendarat ke ubin kantin.
"Aduh... Panas... Panas...." Teriak Clara histeris, sambil mengibas-kibaskan tangannya ke arah payudaranya, "Aduh... Panas... PANAASSS...."
Karnia yang melihat sepupunya itu kesakitan, tanpa berpikir panjang segera saja menyiram bagian payudara Clara dengan dua gelas es teh yang ada didekatnya. Namun, sepertinya sia-sia. Karena Clara masih tetap saja mengibaskan tangannya karena kepanasan. Kuah panas soto itu tak dapat dengan mudah luruh dari tubuh Clara.
Akhirnya, tanpa berpikir panjang. Karnia segera membuka paksa baju seragam Clara dengan cara membredel kancing-kancing depannya.
BREET... BREEET... BREEEETTTT....
"Buka bajumu Clara...." Perintah Karnia yang segera saja diturutin Clara..."Buruan... Buka sebelum kulitmu melepuh..."
Entah karena merasakan panas yang amat sangat, Clara dan Karnia sama sekali tak memikirkan dengan apa yang sedang mereka lakukan. Yang jelas, Clara ingin panas yang ada di badannya dapat segera mereda.
Dan setelah Clara membuka bajunya, tiba-tiba, suasana di kantin terasa begitu sunyi.
Karena semua mata, tertuju ke tubuh molek Clara sudah tak berseragam sama sekali.
"Woooowww.... Suuiiitt... Suiiitttt..."
"Toge Pasar... Toket Gedhe Pantat Besaar..."
"Anjiiirrrr.... Seksi sekali kamu Clara...."
"Busyeeeett dah itu teeeteeeekkk.... Kaya mau loncat gitu...."
"Itu asli nggak sih...? Badan sekurus itu kok punya toket yang gedheee beeeneeerrr...."
"Waaahh... Tetek Clara bisa dijadiin bahan coli tuuuhh.... Sekel abiiiisss...."
"Bener coiy... Toket gedhe Clara bisa dipake nyelipin kontol tuhh..."
"Waah... Ngocok-kocok kontol pake belahan toket Clara seru juga kali ya...?"
"Kebanyakan diremes om-om kali tuuuhh... Jadi teteknya bisa gedhe gitu...?"
Puluhan komentar kagum dan juga mesum, terlontar tanpa henti ketika melihat kemolekan tubuh Clara yang hanya mengenakan bra berwarna kuning itu. Dengan tubuh ramping, kulit yang putih mulus, dan payudaranya yang ekstra besar, membuat Clara seketika menjadi obyek pelampiasan mata-mata mesum para lelaki. Bahkan, tak sedikit diantara mereka yang malah mengambil photo Clara dari berbagai sudut.
"CLARA... KARNIA... ADA APA INI....?" Suara berat Pak Darmanto, guru olahraga yang tiba-tiba terdengar lantang, meredam keriuhan celoteh siswa-siswanya.
"Nggak ada kapok-kappoknya ya kalian ini berantem mulu.... " Sahut bu Mirna, guru BP menimpali.
"Ituh Bu... Si Lonte Clara dan Karnia ngajak ribut...." Ucap Rini spontan sembari menunjuk kearah kedua saudara itu. "Mereka kegatelan Bu... Ngegodain cowo orang...."
"Lonte lonte.... Lo yang Lonte...." Balas Karnia tak terima.
"Sssshhh.... RINI... CLARA... KARNIA.... Udah-udah... Ayo kalian ikut kekantor...."
"Nano Eno....Kalian juga..." Tambah Bu Mirna
"Loooh... Bu...? Kok saya juga ikut dibawa-bawa...?" Celetuk Rini tak terima.
"Udaaah.... Jangan protes... Nanti kalian semua jelasin di kantor.
"Huuuuuuuu..... " Sorak sorai siswa pun segera bergemuruh, seolah tak setuju dengan keputusan guru BP itu, "Wah Pak Manto ngeganggu pertunjukan ajaaa.... Ga seruuuuu....."
"Iya Niiiihh... Reseeee....." Sahut siswa yang lain.
***
"Oke.... Setelah mendengar penjelasan para saksi mata... Bapak putuskan jika Rini... " Ucap Pak Darmanto sengaja memotong kalimatnya, "Kamu ganti seragam Clara...."
"Loh Pak...? Khan yang nyobek seragam LONTE itu Karnia...."
BRAK
"Rini...! Jaga mulutmu.... Nggak sepantasnya wanita secantik kamu berkata seperti itu..." Hardik Bu Mirna sambil menggebrak meja.
"Memang dia Lonte kok... Kenapa aku harus jaga mulutku..?"
"RINIIIII....." Emosi Bu Mirna meluap, "Kamu tuh ya... "
"Kenapa....? Ibu nggak suka...?"
"Kamu memang bener-bener ya...? Harus berapa kali sih Ibu harus kasih kamu pelajaran sampai kamu bisa jaga mulutmu...?"
"Udah...Bu.... Sabar... " Ucap Pak Manto mencoba menenangkan emosi guru BP itu. "Pokoknya bapak nggak mau tau... Besok... Kamu harus bawa baju pengganti buat Clara... Kalau tidak... Bapak bakal panggil orang tuamu..." ucap Pak Manto sambil melirik kearah Clara.
"Ahhh.... Pilih kasih...." Jawab Rini sambil bersungut-sungut, "Bapak sekarang udah beda.... Bapak udah nggak sayang lagi ama Rini...." Sambung gadis muda itu sambil bangkit dari kursi UKS.
"Looh.... Bukan begitu Rini..." Sahut Pak Manto berusaha adil
"Ahh....Bapak jahat... Aku sumpahin kontol bapak mengkerut... Mengecil selamanyaaa...." Teriak Rini sambil berlari menjauh.
"Astaga nih anaaak.....RIIINNNIIIIII.....!" Teriak Bu Mirna sambil menyusul Rini keluar ruangan.
"Bu Mirna... Ini Clara bagaimana....?" Tanya Pak Manto bingung.
"Udah Pak... Bapak urus aja dulu..." Sahut Bu Mirna, "Biar saya yang menenangkan Rini..."
"Hmmm... Yaudah deh kalo gitu... Nano Eno ...Sekarang kalian balik aja ke kelas... Jam istirahat udah selesai..."
"Baik Pak...."
***
"Kamu baik-baik saja Clara...?" Tanya Pak Manto sambil melirik kearah payudara Clara.
"Iya Pak... Saya nggak apa-apa kok..." Jawab Clara yang mencoba untuk bangkit dari posisi tidurnya.
"Udah... Udah... Kamu jangan bangun dulu..." Cegah Pak Manto sembari menahan pundak Clara untuk tetap tiduran di tempat tidur, "Kamu istirahat aja dulu sampe badan kamu bener-bener kuat..." Pintanya lagi sambil bergegas ke lemari obat dan kembali ke tempat tidur Clara.
"Sebentar... Mana tadi yang luka...? Berdarah nggak...? Sakit nggak....?" Tanya Pak Manto sambil berpura-pura mengecek luka Clara. Padahal sudah jelas, Clara tak terluka sama sekali. Yang ada hanyalah kulit area payudara Clara yang melepuh karena ketumpahan kuah panas soto. "Bapak obatin dulu ya...?"
"Eeeh... Nggak usah Pak... Clara bisa obatin sendiri kok..."
"Heeeh... Jangan sembarangan ah... Ini bukan luka ringan loh... Kalo kamu salah oles... Bisa makin perih ini lukanya...." Jelas Pak Manto sambil mulai membuka tutup salep itu dan membalurkan ke perut Clara.
Rasa dingin, langsung saja menyebar di sekujur kulit perutnya. Dengan gerakan berputar, Pak Manto berusaha mengobati rasa panas yang ada tubuh Clara. Dari perut, perlahan naik ke payudara.
"Hmmm.... " Ucap Pak Manto seolah berpikir keras, "Sepertinya... Behamu cukup ngeganggu deh... Ayo buka gih..." Pinta Pak Manto
"Hah...? Saya harus buka beha....?"
"Iya... Kalo nggak dibuka... Gimana bapak bisa ngobatin lukamu...?"
"Nnggg... Tapi Pak..."
"Uudaaah... Nggak usah malu... Bapak juga punya anak perempuan seusiamu kok... Jadi Bapak udah seringlah liat tetek perempuan...." Rayu Pak Manto.
"Tapi Pak... Ngggg... Beneran deh... Saya bisa ngobatin sendiri kok Pak..."
"Udah-udah... Ayo buruan buka...." Pinta Pak Manto bersikeras sambil menurunkan sebelah tali bra Clara, "Nggak apa-apa ini.... Ayo... Nanggung ah kalo bapak ngobatinnya sampe disini aja.... Udah keburu kotor ini tangan bapak..."
Melihat keteguhan hati guru olahraga yang berbadan besar itu, Clara bergidik juga. Ia khawatir jika Pak Manto bakal tersinggung dan marah karena penolakannya. Akhirnya, sambil memiringkan tubuhnya, Clara pun berusaha melepas kait bra di punggungnya.
"Ssshhhh..." Rintih Clara tiba-tiba karena merasakan sakit pada payudaranya. Ia tak menyangka jika luka melepuh di payudaranya sudah mulai berasa seperti ini.
"Tuuhhh.... Sakit khan....?" Celetuk Pak Manto ketika melihat gadis cantik itu meringis-meringis nyeri. "Sini... Bapak coba bantu bukain kait behanya...." Tambah guru olahraga itu sembari meraih kaitan bra Clara. Dan, tak beberapa lama kemudian, payudara bulat Clara sudah terpampang jelas tanpa sebuah penghalang sedikitpun.
"Naaah... Begini khan enak...." Jawab Pak Manto sembari menatap tajam kearah payudara besar Clara, "Bapak obatin ya...?"
Tanpa meminta persetujuan Clara, Pak Manto segera mengusap bawah payudara Clara pelan.
"Nggg..... Pak...."
"Kenapa....? Tahan bentar ya... Sakitnya pasti akan segera hilang...." Ucap Pak Manto sembari mengusapi naik ke arah puting payudara Clara.
"Sshhh.... Nggg...."
"Gimana...? Enak ya...?"
"Nnnnggg... Dingin Pak...."
"Iyalah emang dingin... Namanya juga dibalur salep...."
Melihat Clara yang masih diam saja ketika menerima sentuhan tangan kasarnya, Pak Manto pun semakin meremas perlahan payudara Clara. Membuat puting payudaranya semakin mengeras.
"Ooh.... Sssshh... Pak...."
"Hmmmm.... Putingmu mulai mengeras ya Clara...? Kenapa....? Kamu malu ya....?"
"Udah ya Pak..."
"Sssttt.... Ini salep belum meresap... Sebentar lagi...."
"Geli Pak...."
"Iya... Bapak tahu..." Ucap Pak Manto dengan nafas yang semakin memburu sembari terus mencubiti puting payudara Clara, "Ohh Clara... Bagus banget ini tetekmu... Bentuknya bulat sempurna... Empuk...." Puji Pak Manto sembari berulang kali menarik nafas panjang, "Ini aseli khan ya...? Tetekmu bisa sebesar ini bukan karena obat-obatan....?"
"Ngg... Iya Pak... Asli....."
"Waaah.... Pasti tetek ini kamu dapet dari mama kamu ya Clara....?" Tanya Pak Manto yang tak hentinya meremas dan menyentil puting payudara Clara yang semakin mancung.
"Sssh... Nggg. Iya Pak.... Oooohh...."
"Hehehe... Tahan bentar ya.... Bentar lagi pasti enak kok...." Ucapnya lirih, dengan tangan yang tanpa malu-malu membetulkan posisi selangkangannya, "Ini putting kok bisa berwarna pink gini ya.... Bikin bapak gemes pengen ngenyot...." Tambah pak Manto yang mulai memonyongkan bibirnya dan mendekat ke arah kuncup payudara Clara.
"Ooohh... Jangan Paaak..." Sergah Clara sembari menjauhkan wajah Pak Manto dar payudaranya.
"CLARA... Ini bajunya udah dapeet..." Teriak Karnia yang menghambur ke dalam ruangan UKS.
"Waah... Karnia udah dateng...." Kata Pak Manto seolah lega ketika sepupu Clara sudah tiba di UKS, " Sini... Sini.... Karnia... Kebetulan banget kamu udah disini... Ini tolong dong kamu obatin tetek saudaramu... Bapak mau nulis laporan dulu..." Kata Pak Manto sembari menyerahkan salep luka ke tangan Karnia.
Buru-buru, Pak Manto berjalan menuju meja kayu yang ada disamping tempat tidur Clara. Kemudian ia duduk sambil tersenyum ke arah Clara. Tak beberapa lama, terdengar suara metal berdenting dibalik meja Pak Manto. Mirip suara kepala gesper.
"Ayo Karnia.... Buruan kamu obatin tetek Clara... Kasihan loh kalo kulit mulus Clara nanti sampe jadi belang...." Pinta Pak Manto.
"Eh iya Pak..." Jawab Karnia singkat, "Begini...?"
"Iyak bener.... Bener... Iya terus seperti itu... Ngolesinnya sambil diputar-putar ya.... " Pinta Pak Manto lagi berusaha menginstruksi. " Naah... Karnia... Sekarang remas-remas tetek Clara.... Biar salepnya cepet meresap kedalam kulit..."
Merasakan usapan tangan lembut Karnia pada payudaranya, otomatis membuat Clara sedikit demi sedikit mulai terangsang. Terlebih dengan adanya Pak Manto yang menatapi kedua payudara besarnya, membuat penyakit pamernya semakin menjadi-jadi.
"Sssh.... Karnia....Pelan-pelan..." Lenguh Clara pelan sambil meringis-meringis kesakitan.
"Tahan ya Clara... Tahan bentar... "
"Nggghhhh.... Iya Paak.... Shhh.....Ehhmmmhhh...."
"Tahan Clara... Tahaan... Biar tetek besarmu nggak kenapa-napa..." Jawab Pak Manto dengan nada berat. "Putingnya juga Karnia... Itu diobatin juga... Kasihan Clara kalo warna putingnya yang pink berubah menjadi hitam... "Tambah guru olahraga itu dengan badan yang entah kenapa mulai bergoyang-goyang.
"Clara...." Cole Karnia pada payudara Clara.
Mata Clara melotot, mencoba menjawab colekan Karnia.
"Tangan kiri Pak Manto nggak ada di meja...." Bibir Karnia komat-kamit tanpa suara.
"Serius...?" Jawab Clara dengan bibir berkomat-kamit pula, "Emang kemana...?"
"Pasti ada dibawah meja.... Buat ngocok kontolnya..."
Penasaran, Clara melirik kearah Pak Manto. Dan benar, tangan kiri guru olahraga itu tak terlihat. Diatas meja hanya ada tangan kanannya yang terlihat seolah-olah sedang menulis laporan. Taplak meja UKS yang panjang, mampu menutup aktifitas mesumnya dengan sempurna.
"Pak Manto pasti horny liat tetekmu..." Seru Karnia yang tiba-tiba meremas pelan payudara Clara.
"Nggg.... Aaaaww...." Rintih Clara kesakitan.
"Eeeh... Pelan-pelan Karnia.... Kasihan dikit dong sama tetek Clara...." Celetuk Pak Manto sok peduli, "Pasti ngilu tuh tetek...."
"Uppss.... Maaf ya sayang...."
"Karnia... Biar Clara nggak semakin kesakitan.... Coba deh kamu pilin-pilin itu putingnya...."
"Begini....? Pak...?" Jawab Karnia menuruti.
"Sssh... Ooohhh... Karniaa...." Lenguh Clara pelan.
"Iya Benaaar... Trus... Diremas-remas juga...." Pinta Pak Manto
"Diremas-remas.... Seperti... Ini...?" Tanya Karnia sembari mempermainkan payudara besar saudaranya. Membolak-balik payudara mulus itu bak adonan roti.
"Uuuuhhhh... Pelan-pelan Kaaarr.... Eeehhhmmm.... Ooohh...."
"Tahan ya Sayang... Ini demi kesembuhanmu...." Celetuk Karnia sembari terus meremasi payudara Clara sembari mencubiti putingnya yang semakin mancung mengeras.
"Oooh... oooh... Sssshhh... Karnia... Geli.... Sssshhh...."
Tak puas dengan hanya menggoda payudara Clara, Karnia pun melakukan sesuatu yang tak pernah Clara bayangkan sebelumnya. Karnia tiba-tiba menangkap kedua pergelangan tangan Clara, mencegahnya supaya tak banyak bergerak. Setelah itu,
CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Ooohh... Karniaaa... Sssh..." Jerit Clara tiba-tiba sambil meronta-ronta, " Ngiluuu Kaar... Ngiluuu.... "
Namun, karena badan Karnia lebih besar daripada Clara, rontaannya sama sekali tak berguna. Hanya membuat payudaranya semakin bergoyang kesana kemari. Karena geli, kedua kaki Clara juga menghentak-hentak, hingga rok seragamnya semakin naik dan menamkakkan kedua paha putih mulusnya.
SLUUURRP CUP CUP SLUUURRPPP HAEM....
"Wwoooww... Kalian berdua benar-benar seksi sekali....Ooohh...." Pinta Pak Manto kegirangan antara melihat jilatan lidah Karnia pada payudara Clara, lenguhan kenikmatan Clara, dan keseksian paha mulus Clara. Segera saja, tubuh guru olahraga itu terlihat makin bersemangat. Tangan kirinya bergoyang-goyang hebat disertai suara betotan kulit, seperti yang pernah Clara dengar ketika melihat saudaranya Ciello beronani
TEK TEK TEK TEK...
"Ooohh... Karniaaa... Tetek aku ngiluuu.... Geli Kaaar... Ngiluuu.... Ssshh...." Rintih Clara sembari terus meronta tanpa henti. Sampai-sampai sprei dipan UKS itu teracak-acak terlepas dari tempatnya.
"Yak... Yak.... Ooohh... Terus Karnia... Terus.... Jilat terus tetek besar Clara itu ... Jilat teruus... "
TEK TEK TEK TEK..
"Uuuhh... Karnia... Ngilu Kaar..... Ampunn... Jangan jilat putingku seperti itu laagiii... Ngiluu... Ooohh... Ampuuunn.. Tetek aku ngiluuu...." Lenguh Clara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
TEK TEK TEK TEK..
"Terus Kaarniaaa.... Ooohh... Jilat... Supaya Clara tak merasa kesakitan..." Jawab Pak Manto sembari terus menggoyang-goyangkan tangan kirinya dengan gerakan yang lebih cepat daripada sebelumnya. Jauh lebih cepat dari sebelumnya.
TEK TEK TEK TEK..
"Ooohh.. Ohh... Jilat terus tetek itu Karnia... Hisaap..." Seru Pak Manto girang sambil terus-terusan menggoyangkan tangan kirinya kuat-kuat. Hingga tak lama kemudian, guru olahraga itu melenguh panjang sambil memejamkan mata.
CRET CRET CREECEEET CRET CRET...
Tiba-tiba, dari balik kain taplak meja UKS itu, menetes turun lelehan-lelehan lendir berwarna keputihan dan menggenang di lantai dibawah meja. Tubuh Pak Manto bergetar hebat dengan nafasnya memburu.
Sejenak, suasana UKS itu hening. Hanya terdengar desahan nafas kepuasan Pak Manto dan lenguhan kenikmatan Clara.
"Karnia.... Ngiluu....." Rintih Clara pelan.
"Sssttt.... Pak Manto udah ngecrot tuh...." Bisik Karnia pelan sambil melepaskan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Clara, "Udah yuk... Kita buru-buru cabut..."
"Cabut sih cabut... Tapi tetek aku ngilu bangeeet...."
"Hehee... Maaf... Yuk ah... mumpung tua bangka itu masih terlena dalam khayalannya...."
Karnia segera menyerahkan baju seragam baru buat Clara.
"Eh... Trus beha aku gimana...?" Tanya Clara bingung.
"Udaaah... Sementara nggak usah pake bra... " Saran Karnia sambil mengangkat punggung Clara dari dipan UKS itu pelan. Berusaha tak membunyikan suara sedikitpun. "Yang penting sekarang keluar dulu dari sini... "
"Tapi aku takut kalo nanti Pak Manto malah marah..."
"Marah...?"
"Iya.... Kalo dia tahu kita ternyata udah kabur...."
"Nggak bakalan.... Dia nggak bakalan marah...."
"Kok kamu yakin...?"
"Hehehe... Aku sudah punya kartu mati buat dia..." Tutup Karnia sambil menyunggingkan senyum terlicik yang pernah tak pernah Clara lihat sebelumnya.
Bersambung.
By : Tolrat.
Langganan:
Komentar (Atom)