“Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,”
Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul
yang ditawarkan oleh Dako, usul gila yang
dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak
Prabu, dan kedua teman yang juga memegang
jabatan manager seperti dirinya.
Hari itu, Kantor Arga menerima kunjungan
pimpinan pusat yang menetapkan kantornya
sebagai cabang perusahaan dengan kinerja
terbaik, memberikan bonus liburan dan berhak
untuk menggunakan cottage milik perusahaan
yang ada disalah satu pesisir pulau jawa.
Tentunya ditambah bonus sejumlah uang.
Namun di antara berbagai kegembiraan itu
mungkin Arga lah orang yang paling
berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Prabu, Arga
disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati
bangku pimpinan yang sebelumnya ditempati
oleh Pak Prabu. Prabu sendiri, atas prestasinya
diminta untuk membantu pusat.
Setelah rombongan pusat meninggalkan
ruangan, Pak prabu langsung mengangkat gelas
yang hanya diisi air mineral mengajak
bawahannya untuk bertoast ria. Walau
bagaimanapun ada kebanggaan atas
penghargaan yang diberikan.
Namun Pak Prabu dengan berat hati
menyampaikan bahwa dirinya tidak dapat ikut
serta dalam liburan itu, karena telah memiliki
janji tersendiri dengan istrinya untuk sebuah
liburan di pulau dewata.
Arga sendiri tidak begitu peduli dengan
keabsenan Pak Prabu, toh dirinya tetap dapat
mengikuti liburan rombongan kantor bersama
istrinya. Dan ini dapat menjadi kado bulan
madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3 bulan
lalu.
“Tapi apakah Pak Prabu tetap tidak mau ikut
rombongan walaupun nantinya kami
mengadakan sebuah game dengan perjanjian
yang menarik?,” celetuk Dako.
“Perjanjian?, emang kalian udah bikin perjanjian
apa?” Tanya pak Prabu sambil menatap dako
dan Arga bergantian. Seperti halnya Pak Prabu,
Arga yang tidak pernah membuat perjanjian
apapun tentang liburan pada Dako, pun dibuat
bingung.
“Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Arga
ingin mengusulkan sebuah permainan, untuk
membuang kejenuhan atas rutinitas kita,
bagaimana jika nanti selama liburan disana kita
membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh
sesama kita,” papar Dako
“Maksudmu?,” Tanya Pak Prabu meminta
penjelasan yang lebih mendetil.
“Ya,,, bagi mereka yang beruntung, mungkin
dapat dilanjutkan dengan rayuan diatas ranjang,
dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita
tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’
atas usaha kawan kita,”
“Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi
kepuasan bagi kita, yang setau saya selalu
setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita
rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita selain
istri kita,” tambahnya.
“Gila,, bagaimana mungkin usul itu meluncur
dengan lancar dari mulut Dako, apalagi dengan
membawa-bawa namaku,” Hati Arga
mengumpat. Namun ketika dirinya ingin
menampik usul Dako, Arga melihat wajah Pak
Prabu yang berbinar sambil menganggukkan
kepalanya tanda setuju.
“Lagian, Kenapa perjanjian ini harus
mengatasnamakan balas budi, sialan,” hati Arga
kembali mengumpat ketika menyadari sulit
baginya untuk mengelak dari permainan ini.
“Yang bener Meennn,,, pastinya loe juga ngajak
istri loe yang alim itukan?,” seru Munaf
memastikan Dako mengajak istrinya yang biasa
menggunakan busana tertutup lengkap dengan
penutup kepalanya. Dako mengangguk pasti.
Sesaat Arga terdiam, Cut Zuraida istri sahabat
karibnya itu memang memiliki daya tarik
tersendiri dari tubuhnya yang selalu tertutup,
wajah putih bersih, berdagu lancip dan hidung
yang mancung. “Uuuugghhh,,,benar-benar
tawaran yang menggiurkan, terlalu sayang
untuk dilewatkan, tapiii,,,” Kini justru Arga yang
bingung.
Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat
mencumbu tubuh Zuraida, atau bahkan kalau
memungkinkan dapat sedikit berkenalan dengan
selangkangan wanita yang menjadi fantasi
seksnya sebelum menikah dengan Aryanti,
istrinya.
“Tapi, agar permainan ini semakin seru, kita
tidak boleh memberitahukan istri-istri kita
tentang permainan ini, disamping untuk
menghindari timbulnya pertengkaran suami istri,
saya rasa ada tantangan tersendiri bagi kita
untuk dapat menikmati tubuh target kita,” ucap
Dako dengan tatapan tajam ke arah Arga,
dihias senyum penuh misteri.
Arga bingung dengan tatapan itu, muncul
pertanyaan besar di kepalanya, apakah Dako
yang menjadi temannya sejak bangku SMP itu
memang menjadikan istrinya sebagai target
utama dalam permainan ini.
Sekilas Arga teringat pernyataan Dako dihari
pernikahannya, yang mengakui keindahan tubuh
istrinya, saat melototi tubuh Aryanti yang
dibalut kebaya transparan yang sangat ketat
dengan puring tipis yang hanya menutupi
bagian dada.
“untuk Pak Prabu, sepertinya kita harus
memberikan persyaratan tambahan, bapak
hanya boleh mengajak simpanan bapak,”
“Hahahaha,,,”
celetukan dari Munaf, kontan membuat Pak
Prabu terbahak tertawa, Argapun tersenyum
kecut mengingat istri sah Pak Prabu, Bu Sofia
yang merupakan aktifis arisan ibu-ibu pejabat.
Sebenarnya, Bu Sofia, istri pak Prabu yang
telah memasuki umur 40-an, masih terbilang
cantik dan selalu tampil seksi dengan
pakaiannya yang selalu mengekspos daerah
terlarang, dan pastinya masih sangat layak
pakai. Hanya saja yang membuat tidak kuat
adalah mulutnya yang selalu aktif mengkritik
setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan
hatinya. Alias cerewet.
Mungkin itulah sebabnya Pak Prabu memilih
sebuah hubungan rahasia dengan Sintya,
resepsionis kantor yang terkenal montok dan
murah hati kepada kaum lelaki dalam hal
berpakaian, dan tentunya lebih penurut
dibandingkan Bu Sofia
“Tidak, tidak,,, Pak Prabu silahkan saja
mengajak kedua istrinya, dengan tetap
merahasiakan hubungannya dengan Sintya
bukankah kita melakukan permainan ini dengan
diam-diam, karena bisa saja saya berhasil
mendapatkan tubuh Bu Sofia dengan meminjam
kamar kalian, dan pastinya Pak Prabu tidak
bisa melarang saya untuk melakukan itu, bukan
begitu Pak prabu?” papar Dako.
Pernyataan Dako sontak membuat Arga, Munaf
dan Aditya terkejut, kata-kata Dako sudah
kelewat batas, meskipun dirinya memang
memiliki hasrat yang sama untuk menunggangi
tubuh montok istri Pak Prabu itu, tapi tidak
selayaknya hal itu diungkapkan langsung
dihadapan Pak Prabu, yang nota bene adalah
atasannya.
“Whuahahaha,,, saya selalu suka dengan ide
gilamu, Dako, silahkan nikmati Sofia sepuasmu
bahkan kalau kau juga ingin mencicipi Sintya
silahkan saja, tapi jangan salahkan saya bila
nanti membuat istrimu yang alim itu terkapar
oleh ku,” jawaban Pak prabu membuat Dako
tersenyum kecut. ternyata tidak hanya dako
yang tersenyum menyambut tawaran Pak
Prabu tetapi juga Aditya, Munaf dan tentu saja
Arga.
“OK,,, jika semua memang semua telah
sepakat, ada baiknya kita mempersiapkan istri-
istri kita untuk menyambut pertempuran yang
panjang besok lusa,” Pak Prabu menyudahi
rapat tambahan para pimpinan itu dengan
tertawa terbahak.
“Tunggu pak, saya hanya ingin memastikan,
perjanjian ini hanya berlaku saat liburan
sajakan?” semua tersenyum dengan pertanyaan
Aditya yang sedari tadi lebih banyak diam dan
hanya mengangguk-agukkan kepala. Andini,
gadis remaja yang dinikahi Aditya hampir
berbarengan dengan hari pernikahan Arga itu
memang seorang gadis lugu yang dinikahinya
satu bulan setelah gadis itu lulus dari bangku
SMU.
Pastinya Aditya tidak berbeda dengan Arga
yang merasa keberatan dengan permainan yang
diusulkan dako, karena mereka sendiri masih
belum puas mengayuh tubuh istri mereka.
“Itu Pasti, permainan kita ini cukuplah menjadi
skandal saat liburan, karena tentunya kita tidak
ingin rumah tangga kita ataupun rumah tangga
rekan kita berantakan,” pungkas Dako sambil
merapikan beberapa berkas yang ada
dihadapannya.
* * *
Arga yang duduk santai di depan TV rumahnya
sesekali menatap istrinya yang tengah
menyiapkan makan malam mereka.
“Ada-ada saja permintaan Pak Egar itu,
komentar dan sikapnya selalu saja bikin orang
emosi,” keluh istrinya sambil meletakkan piring
berisi ikan Nila yang baru digoreng.
“Ada apalagi dengan Pak Egar, Dia masih
sering menggodamu,” Arga memandangi tubuh
semampai yang berjalan menuju freezer
disampingnya. tubuh Aryanti terbilang langsing
dengan pinggul yang bertaut serasi dengan
bongkahan pantat montok yang selalu bergetar
mengiringi tiap langkah kakinya.
“Sungguh aku gak relaaa,,,” bibir Arga
mendesah pelan ketika teringat obrolan
dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin
dirinya membiarkan tubuh indah itu ditunggangi
oleh teman-teman sekantornya.
“Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana
aku bisa mendengar,”
“Oh,,, Tidak,, aku hanya memanggilmu,” Arga
memeluk istrinya dari belakang, membaui
rambut tergerai yang masih sedikit basah,
tangannya mengelus lembut bongkahan pantat
yang selalu saja membuatnya bergairah.
Telah sering Arga ingin mencoba lubang bagian
belakang yang ada ditengah-tengah pantat itu,
sebuah seks anal, tapi Aryanti selalu saja
menolaknya, dengan berbagai macam alasan,
jijik, jorok, takut sakit, dan puluhan alasan
lainnya.
“Sayang,,, aku masih terlalu capek hari ini, aku
tidak yakin dapat melayanimu malam ini,
bahkan mungkin aku akan langsung tertidur
ketika menyentuh kasur,” keluh Aryanti saat
Arga meremasi payudaranya.
“Hahaha,,, Tidak sayang, aku hanya ingin
menawarkan sebuah liburan kepadamu, apakah
kau bisa mengambil cuti untuk beberapa hari
kedepan? Bukankah kau belum mengambil cuti
tahun ini,” Arga mencoba mengingat-ingat,
bahkan pada saat perkawinan mereka, tepat
tiga bulan yang lalu Aryanti tidak dapat
mengambil jatah cutinya, semua gara-gara ulah
pak Egar manager personalia salah satu Bank
swasta tempat Aryanti bekerja.
“Liburan? Kemana? Kapan?,” Wajah Aryanti
langsung berbinar, mungkin inilah kesempatan
untuk sesaat melepas semua rutinitas yang
melelahkan. “Aku yakin kali ini pasti bisa
mendapatkan jatah cutiku,” sambungnya cepat,
seakan takut Arga menarik kembali tawarannya.
“Besok lusa kantorku mengadakan liburan
kesalah satu villa di pesisir pantai, rasanya
sangat sayang bila kita melewatkan
kesempatan itu, hitung-hitung kita dapat
berbulan madu dengan gratis,”
“Bersama rombongan kantormu?,” dahi Aryanti
mengerut, dirinya memang telah lama ingin
menghabiskan waktu hanya berdua dengan
suaminya. Ingin sekali Aryanti mencoba
beberapa busana yang menantang,
memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam
berbagai balutan busana yang sengaja dibelinya
untuk bulan madu, tapi hanya di depan Arga.
Arga membaca rona kecewa pada wajah cantik
itu. “Kau boleh mengenakan apapun yang kau
mau, bahkan kau boleh melakukan apa saja
disana,” Arga bingung sendiri dengan kalimat
yang dilontarkannya, kenapa ia justru begitu
takut Aryanti tidak bisa ikut dalam liburan
kantornya.
“Tapi aku malu, disana banyak teman-
temanmu,,,”
“Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-
teman sekantorku, bahkan beberapa dari
mereka sudah pernah menginap dirumah kita,
Ayolah sayang,,,”
“Tapi,,, apakah nanti aku boleh mengenakan
hadiah yang diberikan Sintya pada saat
perkawinan kita?” Aryanti bertanya dengan
pelan, takut mengundang kemarahan Arga.
“Hadiah dari Sintya?” Arga mencoba mengingat-
ingat hadiah apa yang telah diberikan oleh staff
yang menjadi istri simpanan Pak Prabu itu.
“Owwgghh,,, dua lembar pakaian renang One
Piece dan two piece, kenapa pula Sintya
menghadiahkan pakaian semacam itu diacara
pernikahan,” Arga mengumpat, jika Aryanti
menggunakan itu maka tak ubahnya seperti
menjajakan tubuhnya untuk dijamah dan
dilahap teman-temannya.
“Yah,, mungkin kau bisa menggunakan salah
satunya, dan menurutku one piece tidak terlalu
jelek untukmu,” timpal Arga cepat, One piece
lah pilihan terbaik dari yang terburuk.
Arga merinding ketika Aryanti menyambut
usulnya dengan wajah yang tersenyum.
Ruangan menjadi senyap, masing-masing sibuk
dengan pikirannya. Tidak ada lagi percakapan
serius hingga mereka selesai makan dan
beranjak ke tempat tidur.
* * *
Paginya Arga melahap roti selai kacang dengan
sedikit enggan, matanya terus memandangi
tubuh Aryanti yang dibalut seragam biru muda
dengan list putih disetiap sisinya. Sungguh
tubuh yang mempesona, apalagi seragam itu
melekat ketat, wajarlah bila banyak lelaki yang
menggoda.
Tapi, heeyy,,, kenapa Aryanti mengenakan
seragam yang lebih ketat dari hari-hari
biasanya, tidak salah lagi itu adalah seragam
yang telah lama dikeluhkannya karena sudah
terlalu kecil untuk membalut tubuhnya yang
semakin montok. Seragam itu telah lama tidak
digunakan.
Bahkan rok yang sudah terlalu kecil itu berhasil
mencetak dengan indah segitiga celana dalam
yang membalut bongkahan pantat yang padat,
dan lebih tinggi beberapa sentimeter dari rok
yang biasa dikenakannya.
“Mas, sebenarnya aku tidak yakin bisa
mendapatkan cuti untuk liburan besok,” suara
Aryanti mengagetkan lamunan Arga,
“Memangnya kenapa?”
“Ya, kau tau sendiri bagaimana sikap dan
tingkah laku Pak Egar, aku tidak mau dia
mengambil kesempatan atas permohonan
cutiku ini,” ucap Aryanti sambil mengangkat
roknya lebih tinggi untuk mengenakan stocking,
hingga Arga dapat melihat celana dalam yang
dikenakan istrinya, dengan cepat birahinya
terbakar.
“Ayolah sayang, aku rasa kau bisa sedikit
menggodanya untuk mendapatkan izin itu, dan
aku yakin kau dapat melakukannya,” kalimat itu
mengalir dari mulutnya dengan dada yang
bergemuruh, paha jenjang yang mulus siapa
yang tidak tergiur bila kaki indah itu
melenggang dengan seksi. Arga bingung
dengan perasaan yang menyesak didadanya,
entah kenapa dirinya kini justru ingin sekali
memamerkan keindahan itu kepada teman-
temannya.
“Baiklah sayang, semoga aku bisa
melakukannya, tapi kau harus tau aku
melakukan ini semua hanya untukmu,” ucap
Aryanti yang telah siap dengan sepatu hak
tinggi. Jemari lentiknya mengambil kunci mobil
Yaris yang tergeletak disamping tv.
* * *
Di kantor Arga tidak dapat bekerja dengan
tenang, pikirannya dihantui berbagai misteri
yang akan disuguhkan dalam liburan mereka
nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding
pemisah ruangan yang keseluruhan
menggunakan kaca, Arga tersenyum melihat
Aditya, keponakan Pak Prabu yang tampak
asyik berbincang dengan Sintya.
Tampaknya pemuda yang masuk dalam
lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai
berusaha menggoda Sintya, wajar saja karena
dalam liburan nanti dirinya memiliki kebebasan
penuh untuk mendapatkan tubuh bahenol dari
simpanan pamannya itu. Pukul 15.30, Arga
yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu
berjalan dengan sangat lambat.
“Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap
dengan liburan esok,” teriak Dako ketika
melewati pintu kacanya yang terbuka.
Arga mendapati sesosok tubuh semampai
terbalut jilbab putih dibelakang Dako.
Melemparkan senyum termanis dengan lesung
pipit yang mengapit dikedua pipinya, matanya
berbinar indah, dengan raut muka yang penuh
keramahan dan keakraban. Ya,,, sebuah
senyum yang selalu saja membuat hati Arga
tak berkutik.
Cut Zuraida, dokter muda istri sahabatnya itu
memang memiliki sejuta pesona bagi dirinya.
Arga sendiri tidak habis pikir, bagaimana
mungkin gadis kalem dan lembut itu justru
memilih Dako yang terkadang urakan, untuk
menjadi teman hidupnya.
“Untuk liburan besok, Aku dan Zuraida telah
mempersiapkan semuanya, dan aku harap kau
dan istrimu juga begitu,” ucap Dako sambil
memeluk pundak istrinya.
“Aku harap kau mengajak Aryanti, karena
liburan ini pasti akan sangat menyenangkan,”
sambung Zuraida, Dako mengedipkan matanya
ke arah Arga sambil menyeringai.
“Ya pasti liburan ini akan sangat
menyenangkan,” balas Arga yang tersenyum
kecut.
Seandainya Zuraida tau, Dako suaminya telah
mempersilahkan kepada mereka untuk
berlomba mendapatkan tubuh indahnya.
“Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu
disantap oleh teman-temanmu,” bisik Arga,
setelah Zuraida meninggalkan mereka untuk
mengambil beberapa barang di ruang kerja
Dako.
“Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya
terjadi, tentunya tanpa membuatnya marah, dan
aku rasa kau bisa membantuku,” Arga
tercengang dengan jawaban sahabatnya sejak
di bangku SMP itu.
Dengan langkah santai Dako menggamit
pinggul Zuraida melangkah keluar. Tepat
didepan pintu, tanpa diduga Dako meremas
pantat istrinya yang dibalas tatapan tajam
Zuraida yang marah atas ulah suaminya.
* * *
Arga mencoba mencoba memejamkan matanya
di atas sofa di ruang tamu rumahnya.
“Uuuggghhh,,,” lelaki itu menghela nafasnya,
minggu ini benar-benar hari yang melelahkan
bagi batinnya.
Aryanti dan Zuraida, dua sosok wanita yang
memiliki kesempurnaan tubuh yang sering
diimpikan kaum hawa. Aryanti dengan gayanya
yang riang dan supel membuat semua lelaki
berlomba untuk berakrab ria dengannya, sambil
mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang
sempurna.
Sedangkan Zuraida, sosok wanita kalem dengan
senyum yang menawan dan mata yang teduh,
membuat para lelaki merasa betah untuk
berlama-lama mencumbu keindahannya. Hanya
saja bagi Arga, Zuraida memiliki arti lebih dari
sekedar seorang wanita yang ramah, di balik
tubuhnya yang selalu tertutup oleh gaun putih
khas seorang dokter, Zuraida memang memiliki
mistery yang begitu besar.
Sayup-sayup dirinya mendengar suara mesin
mobil memasuki halaman rumahnya. Tak lama
terdengar suara Aryanti yang bersenandung
riang, memasuki rumah. Arga terjaga dari
lamunannya.
“Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti
yang kau mau,” seru Aryanti riang, mengecup
kening Arga yang tengah tiduran.
“Oh yaa?,,, bagaimana cara kau
mendapatkannya, bukankah itu tidak mudah?,”
“Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku
harus sedikit menggodanya,” Aryanti mengambil
nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.
“Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan,
aku harus melepas dua kancing bagian atas
blazer ku ketika memasuki ruangannya, bahkan
ketika duduk di depannya aku sengaja melipat
kedua pahaku untuk memberikan Pak Egar
sedikit tontonan yang menarik, berharap orang
tua itu dapat langsung memberikan izinnya.”
“Lalu?” sambar Arga cepat dengan suara yang
dibuat sesantai mungkin. Matanya menatap rok
Aryanti yang semakin tertarik keatas ketika
istrinya itu duduk disampingnya, pikirannya
mecoba membayangkan suguhan apa saja yang
telah diberikan istrinya.
“Dan seperti katamu, tidak mudah untuk
mendapatkan izin itu, orang tua itu justru
semakin ngelunjak ketika aku mengajukan
permohonan cuti, dia memintaku untuk
menemaninya mengobrol disofa diruangannya,
dan tahu kah kau apa yang dilakukannya
selama obrolan itu terjadi,” Aryanti berhenti
sejenak untuk mengatur nafasnya.
“Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan
berulangkali mencoba memasukkan jemarinya
kedalam rok sempit yang jelas tidak akan
cukup untuk tangan gemuknya, meski aku tau
usahanya sia-sia, aku tetap menepis ulah
usilnya itu,” Aryanti mencoba menutup
ceritanya sambil mengecup bibir suaminya.
Dengan sangat bernafsu Aryanti meneguk
minuman dingin milik Arga yang ada di
depannya.
“Baiklah, Banyak persiapan yang harus
kulakukan untuk besok, dan aku tidak ingin ada
barang penting yang tertinggal nantinya,”
Aryanti beranjak dari duduknya, meski
wajahnya sedikit pucat karena kelelahan
setelah bekerja sehari penuh, namun wanita
cantik itu terlihat begitu bersemangat
menyambut liburan.
Sementara Arga sibuk mengingat-ingat sosok
tambun Pak Egar, dengan jari-jari tangan yang
juga dipenuhi lemak. Tubuhnya yang pendek
membuat pria paruh baya itu semakin
membulat. Namun seberkas noda yang
mengering pada rok bagian belakang Aryanti
membuat Arga meloncat dari peraduan.
“Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu,”
sela Arga sambil perlahan menarik Aryanti
hingga kembali duduk disampingnya. Entah
mengapa Arga begitu penasaran dengan noda
yang dilihatnya.
“Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa
yang diinginkannya pada bagian bawah tubuhku,
tangan yang dipenuhi bulu itu menghiba
kepadaku untuk bisa merasakan sedikit
kepadatan payudaraku,”
Arga mendengarkan cerita istrinya dengan
jantung yang mulai berdegub kencang, meski
ada rasa cemburu disana tapi tak ada
sebersitpun gelora amarah, entah mengapa?.
“Selama dia melakukannya dari luar blezerku
kupikir tak mengapa, dan bisa kau tebak
bagaikan anak kecil yang mendapat mainan
baru, tangannya bergerak cepat meraba,
meremas dan terkadang mencubit dengan kuat
hingga membuatku sedikit menjerit.
Tapi tak lama kemudian Pak Egar mengeluhkan
blazerku yang terlalu tebal dan memintaku
untuk melepas beberapa kancing yang tersisa.
Aku teringat akan pesanmu tadi pagi untuk
memberikan sedikit tontonan pada orang tua
yang sudah hampir pensiun itu, jadi biarlah
dirinya mendapatkan sedikit keindahan dari
tubuhku, toh aku masih mengenakan blus yang
menutupi tubuhku” Suara Aryanti semakin
berat, matanya menerawang mencoba
mengingat kejadian tadi siang.
“Lalu?” Tanya Arga dengan suara tercekat.
“Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya
itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada
blus yg menutupi tubuhku,”
“Dan Mungkin hari itu memang hari
keberuntungan baginya, karena aku
mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat
mungkin jemarinya dapat merasakan kedua
puting payudaraku yang mengeras karena
godaannya. Tapi bukan Pak Egar jika tidak
melakukan berbagai kejutan-kejutan,”
“Kejutan? Apakah dia mencoba
memperkosamu?”
“Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani
melakukan itu, dia hanya menyerang bibirku
dan berusaha memasukkan lidahnya yang
basah kedalam untuk merasakan lidahku.
Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak
justru membuat wajahku basah oleh jilatannya,
karenanya aku membuka sedikit bibirku agar
pria itu tidak melakukan tindakan yang
menjijikkan itu. Bagai orang yang haus, lidahnya
berusaha menarik bibirku untuk bertandang ke
dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot
ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu,
dan tau kah kau sayang?,,,ternyata lidahnya
begitu panas, mengait dan menghisap lidahku
yang akhirnya ikut menari-nari dalam
mulutnya,”
Tanpa sadar Arga meneguk liurnya. (Kalo
pembaca budiman yang lagi tegang mendengar
penuturan Aryanti, ingin meneguk ludah juga,
boleh koq,,,)
“Namun justru di situ kesalahanku, di saat
lidahnya beraksi dengan nakal dan harus kuakui
aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil
membuka beberapa kancing atas blus-ku dan
terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya
dia berhasil mendapatkan apa yang
diinginkannya, kedua payudaraku diremasnya
bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan
dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya
meremas terlalu keras.”
Arga tak mampu menahan tangannya untuk
tidak bertandang kedalam blus Aryanti yang
telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah
dengan cerita istrinya Arga meremas kedua
bukit kembar itu dengan kuat, membuat Aryanti
memekik. Aryanti mencoba mengangkat
pantatnya mencoba membantu Arga yang kini
berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke
pinggulnya. Aryanti sangat paham dengan
tingkah suaminya yang sedang birahi.
Sesaat Arga memandangi dua paha mulus yang
bertemu pada kuncup selangkangan yang
begitu indah. Stocking yang masih melekat
pada kaki Aryanti membuat bagian bawah
Aryanti semakin menggoda. Arga membaui
vagina istrinya yang basah. Tanpa menunggu
persetujuan Aryanti, Arga yang sudah melepas
celana kolornya berusaha melolosi celana
dalam putih yang menutupi kemaluan yang
ditumbuhi semak hitam. Aryanti hanya bisa
pasrah ketika kakinya semakin terbuka,
mengangkang, menyambut hujaman batang
milik suami tercinta,
“Uuuummhhhh,,, milikmu masih yang terbaik
sayaaaang,,,,” dengusnya saat batang itu
memenuhi rongga yang semakin basah.
beberapa saat Arga menggoyangkan pantatnya
dengan pelan.
“Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua
payudaramu ini?” Tanya Arga dengan suara
bergemuruh.
“Oooohhh,,, tidak sayaaang,,, diaa justru
memaksa bibirku untuk menerima penisnya,
yang entah sejak kapan sudah terpampang di
depan wajahku, dengan sedikit ancaman akan
membatalkan izin cuti untukku, dan lagi-lagi dia
berhasil mendapatkan yang diinginkannya,
memasukkan penis hitam ituuu,, ke dalam
mulutkuuuu,” Suara Aryanti terengah-engah,
disatu sisi dirinya harus jujur dan menceritakan
semua yang telah terjadi, di sisi lain vaginanya
yang terus mendapat hujaman-hujaman keras
dari batang Arga memberikan stimulan
kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak
mampu lagi menyortir apa dan bagian mana
dari pengalaman gilanya yang harus
disembunyikan.
“Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?”
keegoan sebagai seorang lelaki muncul dihati.
Arga semakin cepat mengobok-obok vagina
yang menganga pasrah.
“Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari
milikmu, hanya saja batang itu begitu gemuk,
mulutku sempat kewalahan meladeni
goyangannya yang semakin cepat, dan
akhirnyaaaaaa,,,”
“Mampukah mulutmu ini memasukkan semua
batang penisnya,” dengus Arga, pantatnya
menghantam selangkangan Aryanti bagai orang
kesurupan. Dirasakan orgasme hampir
menyapanya.
“Yaaa,,, bahkan aku dapat merasakan
bagaimana batang itu berkedut,” Aryanti yang
terbawa permainan Arga juga bersiap
menyambut orgasmenya. Dengan kuat Aryanti
membelitkan kaki indahnya dipinggang Arga,
membuat penis Arga semakin terjepit.
“Aaaapa diaaa,,, berhasil menyiramkan
speeermanya dimulutmuuu,,,,,” teriak Arga
bersamaan dengan semprotan pertama yang
menghambur keluar.
“Tidaaakkk,,, sayaaaang dia menyemprotkan
spermanya tepat dilubang anuuussskuuuu,,,
Aaaahhh,,aahh,,”
Badan Aryanti berkelojotan ketika tak mampu
lagi membendung orgasme, pantat nya
terangkat keatas agar penis suaminya itu
menohok semakin dalam. Pengakuan terakhir
yang keluar dari bibir Aryanti memberikan
jawaban akan noda yang mongering pada
roknya, justru membuat orgasme Arga semakin
dahsyat. Batang besar itu menghujam semakin
dalam, dan terus menghentak kasar dengan
sperma yang terus menghambur keluar. Tapi
bagaimana itu bisa terjadi?, bukankah Aryanti
tidak pernah bersedia melakukan anal seks?
“Aaaahhh,,,, Eeemmhhh,,,Aaaarrgghhh,”
keberingasan Arga membuat kenikmatan yang
diterima Aryanti semakin sempurna. Seakan tak
ingin kehilangan vagina itu terus mengemut
dengan kuat mencari-cari kenikmatan yang
tersisa.
Sesaat keduanya mengatur nafas, pergumulan
mereka memang selalu menghantarkan pada
kenikmatan yang dahsyat, tapi kali ini ada
sensasi yang berbeda. Membuat ego Arga
memuncak untuk membuktikan dirinyalah yang
terbaik, dan memaksa Aryanti untuk
berimajinasi dengan liar atas pengalaman yang
didapatnya hari ini.
“Eee,,,Apakah kau marah padaku?,” Tanya
Aryanti ragu-ragu disisa gemuruh nafasnya,
walau bagaimanapun Arga adalah suaminya,
dan Aryanti sangat takut kehilangan orang yang
disayanginya itu.
“Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu
pahit, aku,,, akuu,, mengakui semua
kesalahanku membiarkannya terus bermain
dengan tubuhku,” tambahnya, mencoba
menghiba.
Arga merasa kasihan dengan posisi Aryanti
yang merasa bersalah, ingin sekali Arga
mengerjai Aryanti dengan berpura-pura marah,
namun hatinya tak tega, dan lagi-lagi entah
mengapa, sungguh,,, tak ada rasa amarah di
dada, hanya cemburu membara yang justru
membangkitkan libido untuk bercinta.
“Kurasa tergantung bagaimana kondisimu saat
itu, jadi ceritakanlah semuanya,” ucap Arga
sambil memainkan payudara Aryanti yang
penuh dengan tanda merah.
Seingatnya, cerita Aryanti tidak pernah
menyinggung tentang permainan bibir atau
sedotan pada payudara yang membuat tanda
merah, hanya remasan-remasan nakal dari
lelaki tua itu.
“Ku berharap kau tidak menyesal mendengar
kejujuran ku ini, dan berjanjilah untuk tidak
marah sayang, karena aku melakukan ini semua
untukmu,” lirih Aryanti dengan wajah serius
sekaligus memelas.
Arga yang asyik menambahkan beberapa tanda
merah di dada istrinya itu akhirnya terdiam,
“Kenapa aku harus menyesal dan marah,
apakah dia bertindak kasar terhadapmu,”
selidiknya.
“Seperti yang kukatakan tadi, mulut ku cukup
kewalahan untuk melayani penis kecilnya, aku
tak tau bagaimana mungkin batangnya dapat
bertahan begitu lama, dan aku merasa kasihan
dengan wajahnya yang mulai kelelahan dengan
keringat yang mengalir deras dikulit putih
pucatnya,”
Penis Arga menggeliat manja didalam selimut
vagina Aryanti.
“Lalu apa yang kau lakukan untuk
membantunya?,” Tanya Arga, dirasakannya
batang itu mulai terjaga, menggelitik dinding
vagina Aryanti dengan nakal.
“Ya, akhirnya aku mencoba sedikit menarik
rokku, dan dia membaca apa yang ingin
kutawarkan untuk menyelesaikan permainan ini.
Seakan takut aku menarik tawaranku, dengan
sigap tangannya menarik rok ku semakin keatas
dan menyibak celana dalamku. Kau pasti tau
sayang, aku sangat ingin mnyelesaikan
permainan itu secepatnya, agar tidak terlalu
merasa berdosa kepadamu, tapi aku juga tak
mampu menolak ketika kepalanya dengan cepat
menghilang di selangkanganku dan lagi-lagi aku
merasakaaa,,n lidahnya yang panas menjilat,
mengusap dan menyedot klitoris ku yang sudah
sangat basaaah,, Aaahhh,,,”
Mata Aryanti terpejam, bayangan akan kejadian
tadi siang ditambah vaginanya yang kembali
menerima sodokan pelan membuat wanita itu
kembali melayang mengejar kenikmatan.
“Aku harus mengakui permainan lidahnya
begitu nikmat, dan aku tak mampu menolak
orgasme yang menyerang diriku, kulihat Pak
Egar menyeringai tersenyum dengan kumis
dipenuhi selai putih milikku. Meski baruuu,, saja
mendapatkan orgasme, birahi memaksa
tanganku untuk kembali. membenamkan
wajahnya di selangkanganku dan berharap
lidahnya memasuki liaaa,,angku sekali lagiii,,,.
Aku ingin lidahnya menggelitik dinding-dinding
vaginaku, menggigiiiitt,, klirotiskuuu,,,. Dan
memang, akhirnya lagi-lagi aku menyerah pada
orgasme yang begitu nikmaaat,”
Rambut kemaluan Aryanti yang begitu lebat
membuat Arga jarang memainkan lidahnya
pada selangkangan istrinya, dan dirinya tidak
menyangka jika istrinya justru sangat menyukai
itu, dan kini istrinya telah mendapatkan
kenikmatan itu dari pria lain. Cerita Aryanti
bagaikan dongeng mesum yang menghantarkan
pada persetubuhan yang sedikit berbeda,
penisnya kembali menyodok dengan mantap.
Sementara Aryanti berkali-kali mendesah dalam
keasyikannya bercerita.
“Setelah membiarkanku beristirahat beberapa
saat, Pak Egar menawarkan padaku sebuah
kesepakatan. Bila aku bersedia menerima
penisnya pada vaginaku maka dirinya akan
mempromosikan sebuah jabatan baru yang
selama ini memang kuinginkan.”
“Lalu, apa kau menyetejuinya?” seru Arga
cepat, penisnya semakin mengeras menghentak
selangkangan istrinya.
“Yaaa,,, dirinya telah melihat semua bagian
intim tubuhku, lagipula penis miliknya begitu
kecil, jadi kupikir tak apalah jika penis itu
beberapa saat mencari kenikmatan di
kemaluanku. Sekali merangkuh dayung dua
pulau terlampaui, itulah pikirku, dengan
memenuhi keinginannya aku bisa mendapatkan
cutiku dan jabatan yang baru,”
“Aku membuka kedua pahaku dengan lebar,
mempersilahkan tubuhnya yang tambun untuk
merapat di selangkanganku dan melakukan
penetrasi di kemaluanku. Awalnya dia
memintaku untuk melepas rok dan seluruh
pakaian atasku, tapi aku malu, tapi kurasa
cukup dengan melepas celana dalam dan
mengangkat rokku hingga ke pinggul, dia dapat
dengan bebas menyetubuhiku dan melakukan
apapun yang dimaunya dengan
selangkanganku,”
“Seperti yang kuduga, dengan mudah batang itu
berhasil memasuki vaginaku, dan menggoyang
selangkanganku dengan kasar. Namun aku
harus kecewa, perutnya yang buncit ditambah
penisnya yang begitu pendek membuat batang
itu berkali-kali terlepas dari vaginaku, dan Pak
Egar menangkap kekecewaanku,”
“Agar dia dapat menuntaskan nafsunya dengan
cepat Aku mencoba membuka blus dan bra ku,
dan membiarkan bibirnya bertandang didadaku,
namun apa yang dilakukannya itu justru
membuatku semakin terangsang, lidahnya
menjilat dan menggigiti putingku ini. Namun
usahaku tak juga membuahkan hasil, penisnya
tidak menunjukkan tanda-tanda akan selesai,”
“Akhirnya, aku harus pasrah ketika Pak Egar
memintaku mengangkat kedua lenganku untuk
melepas blus ketat ini, tapi dia agak kesulitan
ketika harus melepas rokku yang telalu ketat,
sehingga aku harus melakukannya sendiri
dengan berdiri membelakanginya, tapi belum
sempat rok ini jatuh menyentuh lantai aku
merasakan lidah yang basah berusaha
menyelusup dibelahan pantatku,”
“Ooowwgghhh,,, sayaaang itu benar-benar suatu
pengalaman yang sangat menggairahkan,
seorang atasan yang memiliki wajah galak dan
selalu menggerutu kepada semua staf
bawahanya, tengah mendengus penuh nafsu
menjilati lubang anusku. Aku membungkukkan
badanku mencoba memberi ruang untuk
lidahnya yang menjelajah anus dan vaginaku,
dan entah kenapa aku marasa sangat puas
ketika melihat matanya diantara belahan
pantatku memohon sedikit kenikmatan dari
tubuh istrimu ini sayang,”
“Pak Egar mencoba posisi yang lain, dia
memintaku untuk menduduki penisnya dengan
cara membelakangi tubuhnya, Ooohhh,, tahukah
kau sayang? aku sangat malu dengan kondisi
dan apa yang sedang kulakukan saat itu, aku
merasa bagaikan seorang pelacur yang
bersedia melayani apapun yang diinginkan
pelanggannya. Tapi posisi itu tetap saja sulit,
penis itu selalu terlepas dari vaginaku, bahkan
beberapa kali penis itu menusuk-nusuk liang
anusku karena salah sasaran.”
“Lalu Pak Egar kembali menanyakan
keinginanku akan jabatan baru yang
ditawarkannya, dia telah berhasil membuatku
telanjang di hadapannya bahkan penisnya telah
menjajal vaginaku tentu saja aku tidak ingin
rugi, karenanya aku mengangguk dengan
cepat,”
“Tapi lagi-lagi Pak Egar membuat kejutan, yang
sebenarnya lebih cocok dengan mencurangi
diriku,,” erang Aryanti.
“Mencurangimu?, memang apa yang
dilakukannya?” kening Arga berkerut.
“Ya,,, dengan sedikit kasar dia menghentak
tubuhku ke belakang, penis nya yang tepat
berada dibawah liang anusku menumbuk
dengan keras, aku berusaha untuk menghindar
tapi karena tak mampu menjaga keseimbangan
tubuh, penisnya yang sudah sangat basah oleh
cairanku justru semakin tenggelam dalam
anuskuuu,,,”
“Dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang
diinginkannya, dengan sedikit hentakan anusku
menelan semua batang itu, tapi yang
membuatku heran aku tidak merasakan sakit
sedikitpun, eeentah karena penisnya yang
terlalu kecil atau mungkin juga nafsu yang
telah menguaaasaiii,,kuuu,,,,”
“Dan sungguh tak kuduga aku sangat
menikmati posisi itu. Aku menggoyang tubuhku
mengikuti irama hentakan penisnya yang
semakin dalam, aku mencoba mencari orgasme
ku sendiri, tapi aku lagi-lagi harus kecewa saat
penis itu menyembur dengan cepat, membasahi
liang anuskuuu,, aku hampir tertawa ketika
tangannya memeluk tubuhku dengan kuat dan
memantapkan posisinya penisnya yang
menghamburkan bibit benihnya di anusku, dia
mengaku kalah dan mengakui kehebatan
jepitan kedua lubangku”
“Aaawww,,,pelan sayaaang,” cerita Aryanti
terpotong oleh jeritannya sendiri, ketika Arga
kembali menghentak dengan kasar, menggedor
dinding rahimnya dengan keras.
“Berarti kau telah melayaninya dengan anusmu,
Apakah kau menikmatinyaaa sayaaaaang,,,”
Tanya Arga dengan suara mendengus bagai
banteng.
“Maafkan aku sayaaang,,, tapi itu benar-benar
nikmat, aku bahkan menunggu penisnya
kembali mengeras dan rela memasukkan penis
itu kedalam mulutku agar kembali mengeras,
dengan sedikit memaksa untuk menusuk
anusku lagi, dan rasanya sungguh nikmaaaat,
berkali-kali aku merasakan orgasme dan
berkali-kali pula Pak Egar memuji lubangku ini,
katanya diriku adalah tubuh ternikmat yang
pernah disetubuhinya,”
“Mungkin kau juga perlu mencoba pintu
belakangku iniii,,” tawar Aryanti, masih subur
diingatannya bagaimana eforia kenikmatan saat
dirinya mengayuh penis kecil pak Egar pada
liang anusnya, dan kini dirinya ingin kembali
menikmati hal itu dengan batang yang lebih
besar, milik suaminya.
Arga menghentikan pompaannya, dan
mencabut penis yang diselimuti selai putih.
Aryanti mengangkat paha jenjangnya dan
memeluk lututnya hingga menyentuh
payudaranya. Dan tampaklah vagina yang
merekah basah, dirembesi sperma dari orgasme
Arga sebelumnya yang mencoba keluar dari
lorong sempit vagina, namun bukan vagina itu
yang menjadi perhatian Arga saat ini, tapi
lubang mungil yang mengerucut imut yang ada
tepat dibelakang vagina lah yang menjadi
perhatiannya. Arga tidak yakin penis besarnya
dapat menerobos lubang yang masih tertutup
rapat itu.
“Ayolah Saaayaa,,ang,” erang Aryanti merayu.
Arga mencoba memasukkan telunjuknya untuk
sedikit membuka, telunjuk itu bermain-main
keluar masuk dengan lembut, dan kini jari
tengahnya ikut ambil bagian, terdengar desahan
Aryanti yang semakin keras.
“Saayyyaaaannng,, lakukanlah sekarang,
ceeepaaattt,,,” teriak Aryanti yang semakin erat
memeluk lututnya membuat lubang pantatnya
begitu menantang untuk dihujam.
“Aaaarrrgghhh,,, aarggmmhhhh,,,” Arga
mengejangkan otot penisnya agar dapat
memasuki lubang sempit itu.
“Eeeemmhhhh,,, Iyaaaa,,,yaa,, yeeeaaahhh,,”
batang yang perlahan namun pasti mulai
tenggelam dan terus memenuhi setiap rongga
anal Aryanti. Istrinya menggeram, menjerit dan
berteriak dengan keras.
Tidak seperti yang dirasakannya saat menerima
penis Pak Egar tadi siang, batang milik Arga
jauh lebih panjang dan besar. Dan kini batang
itu terus masuk semakin dalam membuat
analnya begitu penuh. Setelah dirasakan
penisnya menyentuh pangkal bagian terdalam,
Arga menghentikan hujamannya, dirasakannya
dinding anus yang tergencet oleh batangnya
berkedut-kedut.
“Aaaahhh,,, sayaaang,,, ini jauh lebih nikmaaat,
mulailah mengayuh tubuhku.”
“Yaaa,,, ini sangat sempiiit,,, sangaaatt
nikmaaat,,,” sahut Arga dengan nafas
mendengus liar.
Arga mencoba mengayun penisnya namun
lubang itu bukannya melebar tapi semakin
menyempit akibat kontraksi birahi yang terjadi
pada otot anal. Dan itu benar-benar
menghasilkan sebuah kenikmatan. Sofa kecil
yang menampung dua tubuh manusia itu mulai
berderit ketika Arga mengayuh semakin cepat.
Aryanti tidak lagi memeluk lututnya,
selangkangannya telah terbuka lebar.
Sementara jemarinya kini aktif mengusap dan
menusuk-nusuk liang vaginanya yang kosong.
Tampaknya vaginanya yang melompong
menuntut pula untuk diisi, meski hanya dengan
jemari Aryanti. Sempat terbesit diotaknya,
membayangkan kenikmatan bila kedua
lubangnya itu diisi oleh dua penis sekaligus, tak
peduli penis siapapun itu.
“Aaaahhh,,,,” gara-gara fantasinya Aryanti jadi
semakin liar, jemarinya mengobok-obok
vaginanya dengan cepat. Arga mencoba
mengimbangi dengan mengayun batangnya
dengan lebih cepat. Seluruh otot vagina dan
anal Aryanti berkontraksi dengan dahsyat
dan,,,,,,
“Aaaaggrrrgghhhh,,, aaahh,,,” vagina Aryanti
menghambur kalenjar cintanya, membanjiri
telapak tangannya yang masih menstimulasi
dinding vagina, sebuah orgasme yang begitu
dahsyat.
“Yeeeaaahhhh,,, saaayyyaaaa,,,anng,,,” penis
Arga berkedut dengan cepat menghantar
bermili-mili sperma. Penisnya berkali-kali
menghentak hingga keujung lorong.
Tak lama, tubuhnya ambruk menindih sang istri
tercinta. Bersahutan nafas mereka memburu
udara sekitar, paru-paru mereka memaksa
untuk diisi setelah dibiarkan kosong saat
mereka terus mengejan menghamburkan cairan
cinta.
“ini jauh dari yang aku bayangkan selama ini,”
bisik Aryanti.
“Ya,, milikmu memang selalu nikmat,” sambung
Arga.
“Jadi, kau tidak marah aku melakukan itu?”
Arga terdiam, harga dirinya sebagai seorang
suami tengah dipertanyakan oleh sang istri.
“Hhhmm... Mau bagaimana lagi, semuanya
sudah terjadi, aku marahpun takkan berguna
karena aku sadar kau melakukannya demi kita,”
ucap Arga, berusaha untuk tersenyum.
Bersambung...
Rabu, 19 November 2014
Sayang Ini Hanya Sebuah Permainan 1 By MojoJoss
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar